Berlayar ke Jawa, dengan usia yang masih belasan tahun memang bukan pilihan yang tepat untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya, namun pada 207 tahun yang lalu, Oei Am yang lahir di Tiongkok pada 1798 menginjakan kakinya di Nusantara pada usia 15 tahun. Tepatnya di pesisir Lasem Rembang Jawa Tengah.
Tidak heran Lasem masuk termasuk daerah pluralisme, Masyarakat Lasem terdiri dari Jawa, Tionghoa, Arab, dan Belanda. Sebagai bukti dari keberangaman tersebut, batik Lasem seakan menunjukkan kepada dunia dengan motif dan coraknya yang merangkum empat negeri itu. Pada tahun 1740 dalam peristiwa Geger Pancinan di Batavia atau terkenal dengan peristiwa pembantaian Tionghoa, banyak imigran Tionghoa yang berbondong-bondong datang ke Lasem untuk mengungsi. Sementara itu pada peristiwa perang pada Kuning gabungan tentara Tionghoa dan Jawa untuk menentang kesewenangan kekuasaan VOC, menjadi peristiwa penting dalam sejarah keberangaman Masyarakat Lasem.
Menginjak usia 17 tahun, Oei Am menikah dengan putri asli Lasem, kemudian dengan diberi nama Tjioe Nio sebagai gambaran gadis yang pandai menari dan membatik. Kemudian di tahun 1818 mendirikan rumah di Jalan Jatirogo 10 yang sekarang dikenal dengan Rumah Oei. Di teras terdapat pujasera yang akan menyambut kedatangan siapa pun untuk menikmati kuliner khas jaman dulu dengan menampilkan meja dan kursi yang seakan bertema vintage.
Rumah Oei sempat dikenal sebagai koplak (terminal kuda) karena keturunan dari marga Oei pernah menekuni usaha cikar (kereta kuda) dan di sekitar rumah tersebut terdapat sumur besar dengan diameter 2 meter yang menyimpan air jernih. Pasca 1965 rumah tersebut pernah kehilangan identitasnya, kemudian setelah Republik Indonesia dipimpin oleh Kh. Abdurrahman Wahib (Gus Dur). Di era reformasi berbagai atribut Tionghoa dapat dikembalikan lagi pada tahun 2016 – 2018. Setelah itu rumah direnovasi untuk dipersembahkan untuk Indonesia dalam kebhinekaannya, khususnya Masyarakat Lasem sebagai Rumah Heritage Peranakan, Pusat Edukasi Seni, Budaya dan Kuliner Lasem.
Sama halnya bangunan kuno lainnya, kesan menyeramkan tidak luput dari pikiran setiap pengunjung, dari sekian banyak pengunjung pada waktu itu hanya dari rombongan saya yang masuk ke dalam Rumah Oei.
Berikut sudut-sudut Rumah Oei yang berusia 200 tahun lebih :









*fotografer: Widhi/Siar
Penyunting: Mita