Sastra – Halaman depan rektorat Universitas Negeri Malang (UM), Jumat (23/9) dan Sabtu (24/9), ramai dengan serangakaian acara malam inaugurasi Fakultas Sastra. Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan penyambutan mahasiswa baru (MABA) Fakultas Sastra (FS) 2011. Tema yang diusung adalah pesta rakyat, sedang sub-temanya adalah pasar malam.
Kegiatan mahasiswa di bawah kepemimpinan ormawa sastra ini ternyata memiliki kendala dalam menampilkan icon dari pasar malam itu sendiri, yaitu bianglala. Meski telah dipesan dan dipasang pada Jumat pagi, tapi bianglala tersebut harus dicabut karena tidak memiliki ijin secara sah.
Menanggapi hal tersebut, koordinator sie acara, Dhimas Dwi Nugraha, mengaku kecewa dengan tidak terealisasikannya bianglala tersebut. “Ada masalah dengan pihak atasan. Jadi ada miskomunikasi sehingga bianglalanya di-cancel. Dari sie acara kecewa karena sudah dipasang. Sudah diijinkan sebenarnya, tapi secara lisan, tidak ada hitam di atas putih. Cuma orangnya yang mengijinkan ngomong tidak pernah mengijinkan,” tutur Dhimas.
Senada dengan koordinator sie acara, ketua pelaksana inaugurasi, Alfian Roesman Pratama, juga mengaku kecewa. Namun, Alfian menanggapi pembatalan pemasangan bianglala tersebut dengan lebih bijak. “Mungkin ada kecewanya juga, mungkin ada baiknya juga kita tahu kalau memang di kampus itu dikhususkan buat belajar dan pendidikan. Kita juga mungkin agak kecewa juga karena konsep kita tahun ini pasar malam, dan icon yang ingin kita tampilkan itu bianglala. Mungkin untuk bianglala, gak papa sih, mungkin kita kurang tahu, kurang memahami peraturan di UM itu seperti apa. Kurang adanya komunikasi yang jelas mengenai itu,” kata Alfian.
Meskipun bianglala dibatalkan, acara yang dimulai tepat pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB tersebut tetap meriah dan mengisyaratkan pasar rakyat. Beberapa stan perwakilan dari himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) menyiratkan bagaimana meriahnya pasar malam. “Ya mungkin agak kecewa (tidak adanya bianglala), tapi wahana-wahana lain bantuan dari temen-teman HMJ juga sudah cukup mewakilkan,” tambah Alfian.
Seperti yang dijelaskan oleh Alfian, tema pasar rakyat sendiri diusung karena suasana atau hawa di ormawa sastra sangat erat dengan masyarakat. Sedangkan diangkatnya sub tema pasar malam dikarenakan penyelenggara ingin menampilkan sisi dari HMJ sendiri. Alfian menjelaskan, “Kita mau menunjukkan dari sisi HMJnya sendiri agar mereka bisa menunjukkan potensi mereka dari sisi seni dan pendidikannya juga, makanya di tiap stan ada wahana-wahana untuk asah otak juga.”
Acara yang ditujukan untuk menyambut MABA membutuhkan dana yang cukup besar. “Dananya lebih dari tahun lalu. Tahun ini tiap stan dibayai Rp250.000. Dulu, di halaman gedung D. Awalnya (tahun in.red) mau dihelat di Graha Cakrawala, tapi karena konsep utamanya ada bianglalanya, maka mencari tempat outdoor yang luas,” ujar Dhimas.
Penyelenggara juga mengundang empat bintang tamu. Salah satunya grup band Tani Maju. “Masih serangkaian dengan mahasiswa baru. Sehingga bintang tamu utamanya sebenarnya bukan Tani Maju, Jawaika, dsb, tetapi maba itu sendiri. Tapi, Alhamdulillah bisa meriah,” tambah Dhimas. (int/vga)