Setengah Abad Majalah Bobo

Pertengahan April lalu, ada acara spesial yang diselenggarakan secara online melalui zoom dan youtube. Acara ini memperingati salah

Gambar : asset-a.grid.id
Dokumentasi/LPM Siar

Pertengahan April lalu, ada acara spesial yang diselenggarakan secara online melalui zoom dan youtube. Acara ini memperingati salah satu majalah anak-anak yang lumayan berpengaruh baik bagi industri majalah Indonesia, maupun masa kecil warga Indonesia di setiap generasi. Majalah tersebut tak lain dan tak bukan adalah Bobo yang pada tanggal 14 April 2023 berulang tahun ke-50.

Usia 50 tahun bagi majalah Bobo bukanlah usia muda lagi. Ibarat manusia di umur 50 tahun sudah kenyang akan pengalaman hidupnya, begitu pula Bobo yang sudah menemani lima generasi yaitu baby boomers, X, milenial, Z sampai Ultra. Itulah kenapa Bobo menjadi kenangan masa kecil bagi kebanyakan orang Indonesia. Saya terinspirasi majalah Bobo untuk menjadi jurnalis baik di masa SMA, maupun kuliah.

         Bobo sendiri bukanlah produk asli Indonesia, melainkan adaptasi majalah anak-anak dari Belanda yang memiliki judul serupa. Kemudian, atas prakarsa dari pendiri harian Kompas yaitu P.K. Ojong dan Jacob Oetama, berkerja sama dengan majalah Bobo Belanda untuk menerbitkan Bobo di Indonesia. Majalah Bobo yang terbit di Indonesia sendiri berbeda dengan majalah Bobo Belanda karena Kompas memasukkan halaman khusus anak yang sebelumnya ada di Harian Kompas. Dalam perkembangannya nanti, Bobo memasukkan rubrik dan cergam lain ke dalam majalahnya yang tidak ada sama sekali di Bobo Belanda. Rubrik-rubrik yang dipertahankan dari versi Belanda hanya cergam Keluarga Kelinci, Cerita dari Negeri Dongeng, Bona, dan Paman Kikuk.

         Di awal penerbitannya, pengembangan majalah Bobo dikepalai oleh Adi Subrata dan Tineke Latumeten. Selama 50 tahun ini juga muncul cergam dan rubrik yang akan menjadi kenangan banyak pembaca Bobo yang sudah dewasa seperti Deni Manusia Ikan, Pak Janggut, Profil, dan masih banyak lagi. Bobo juga sering mengadakan acara untuk anak-anak seperti operet Bobo, konferensi anak Indonesia, Bobo Young Journalist, dan Bobo Sport Fiesta. Acara-acara tersebut cukup untuk menunjukkan seberapa besar Bobo sebagai salah satu media hiburan dan edukasi anak Indonesia.

Baca Juga : Catatan Kecil: Pers Mahasiswa dan Tawaran Perluasan Paradigma

         Namun, di era digitalisasi, banyak majalah lama yang mengalami kemunduran, begitu pula Bobo. Walaupun tidak sampai bubar seperti tabloid Bola, majalah Mentari, majalah Hai, bahkan majalah anak lain yang di bawah naungan Kompas seperti Mombi, Donal Bebek dan Bobo Junior. Bobo masih bisa bertahan walaupun tidak sehebat dulu. Pada era digitalisasi di mana anak-anak sudah beralih ke hiburan daring, Bobo harus mengurangi beberapa programnya seperti majalah yang semakin tipis dan terbit 2 kali sebulan, berhentinya terbitan rutin macam kumpulan cerpen dan dongeng Bobo, serta acara-acara besar Bobo yang disebutkan sebelumnya sudah jarang diselenggarakan, bahkan telah berhenti. Dari sini sudah cukup diketahui bahwa Bobo terhantam oleh perubahan yang ada.

            Namun, alih-alih menyerah seperti majalah anak lain, Bobo memilih untuk berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi saat ini. 2017 lalu, Bobo menerbitkan Bobo.id, yaitu website untuk anak-anak yang berisi rubrik-rubrik dari majalah Bobo. Selain itu, mereka juga mulai merambah ke media sosial seperti instagram dan youtube dengan konten yang menarik.

            Beberapa inovasi juga terlihat di perayaan HUT majalah Bobo. Dengan kemudahan informasi, Bobo mengadakan lomba secara online yang bisa diikuti dari seluruh penjuru Indonesia. Tidak hanya itu, melalui kepala editor majalah Bobo, David Togatorop mengonfirmasi bahwa Bobo akan berkerja sama dengan aplikasi Pickatale, “Aplikasi Picketale sendiri adalah aplikasi perpustakaan besar untuk membaca dan mengeksplorasi bahan bacaan anak. Bacaan itu ada yang berbahasa Inggris dan Indonesia, serta bisa dibacakan dalam bentuk audio. Bacaan juga tersedia dalam berbagai genre. Anak saat ini semakin sedikit membaca. Padahal, itu penting untuk pendidikan mereka,” ucap Sigbjorn Dugal, CEO Pickatale yang hadir dalam HUT ke-50 Bobo. Selain itu, Bobo juga menghadirkan akses premium ke Bobo.id yang membuat pembaca tidak akan melihat iklan saat membaca. Kemudian, satu kejutan lagi yang sebenarnya sudah diumumkan dari jauh hari yaitu adapatasi live action Cerita dari Negeri Dongeng. Tissa Biani selaku pemeran Nur di KKN di Desa Penari sudah dikonfirmasi akan memerankan Nirmala.

Baca juga : You and I: Kisah Kusdalini dan Kaminah, Dua Perempuan  yang Menua Bersama Pasca-Kekerasan ‘65

            Dengan berbagai inovasi di atas, diharapkan Bobo akan berkembang dan tetap hidup menemani generasi selanjutnya. Namun, alangkah lebih baik jika majalah Bobo dalam bentuk konvensional tetap dipertahankan karena bisa menjadi pilihan lain orang tua untuk hiburan anaknya selain ponsel. Di era serba digital ini, anak bisa mengakses apa saja melalui ponsel, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Hal tersebut juga bisa membuat anak kecanduan ponsel. Oleh karena itu, majalah Bobo sendiri bisa menjadi alternatif hiburan yang memudahkan orang tua untuk memilah konten yang masuk ke diri anak karena Bobo memuat bacaan edukatif, aplikatif, kreatif, mengajak pembaca mengasah nalar, dan mengajarkan nilai-nilai baik. Hal senada juga diucapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati. “Selain berisi pengetahuan, majalah Bobo juga punya banyak cerita dan dongeng yang sarat akan pesan moral dan bisa menjadi media pembelajaran untuk literasi baca-tulis,” ucapnya.

Penulis : Faizal Nur Alamsyah

Editor : Wulan Suci

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA