Eks-Gepeng di Desaku Menanti, Bergantung kepada Wisatawan

Desaku Menanti adalah pemukiman yang dihuni gelandangan dan pengemis (Gepeng). Terciptanya pemukiman ini merupakan gagasan Kementerian Sosial (Kemensos)

Dokumentasi/LPM Siar

Desaku Menanti adalah pemukiman yang dihuni gelandangan dan pengemis (Gepeng). Terciptanya pemukiman ini merupakan gagasan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk memberdayakan para Gepeng. Selain pemukiman, kampung yang terletak di Dusun Baran Kelurahan Tlogowaru, Kota Malang ini di desain oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Malang sebagai tempat wisata baru.

Kampung ini menyuguhkan pemandangan indah dengan hiasan beragam topeng malangan yang dipajang di sekitar area taman. Selain itu, ada juga dua patung topeng malangan berukuran raksasa terpampang di antara topeng-topeng yang lain dan pastinya menjadi ikon yang menarik dari Desaku Menanti tersebut. Semua hasil karya yang menghiasi kampung ini adalah hasil karya dari warga Desaku Menanti (eks-Gepeng). Dinsos memberikan pelatihan kepada warga untuk membuat topeng, dan mempelajari tarian topeng malangan. Tidak hanya itu, warga dilatih untuk menjadi wirausaha.

Disekitar taman disediakan tempat bagi warga untuk berjualan makanan. Sebagian warga juga mendirikan usaha sendiri di rumah mereka seperti membuka usaha tambal ban, cuci motor dan membuka toko kecil. Dengan ini, Dinsos berharap, para eks-Gepeng ini menjadi masyarakat yang kreatif dan produktif.

Namun setelah setengah tahun berjalan, produktifitas warga mulai menurun. Beberapa bulan pertama sejak diresmikannya pada Februari lalu memang masih banyak wisatawan yang penasaran dengan Desaku Menanti ini. Kini wisatawan berkurang, karena tempatnya yang terpencil dan jauh dari jalanan kota, jaraknya kira-kira lima kilometer. Akses transportasi yang kurang memadai dan jalanan yang rusak juga menjadi alasan para wisatawan semakin berkurang. Desaku Menanti ini sangat monoton karena hanya menyuguhkan topeng-topeng dan kurangnya wahana atau inovasi baru yang dapat lebih menarik wisatawan.

Kondisi tersebut mengakibatkan warga Desaku Menanti menjadi pengangguran hingga ada yang lebih memilih untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya yaitu sebagai pemulung, gelandangan, dan pengemis. Seperti halnya Imron, warga Desaku Menanti, ia nekat menjadi pemulung lagi meskipun dilarang oleh Dinsos. Dia memaparkan alasan mengapa dia kembali memulung karena pendapatan dari usaha tidak seberapa, Dinsos hanya terus melakukan pelatihan tanpa ada realisasi. Jika mereka terus dijejalkan dengan pelatihan dari mana mereka akan mendapat makan, sedangkan pelatihan dilakukan setiap hari.

Alasan lainnya adalah karena dari berbagai pelatihan yang diberikan oleh Dinsos mayoritas hanya ditujukan untuk para perempuan contohnya seperti berjualan makanan dan membuat aneka oleh-oleh. Sedangkan kaum laki-laki disana hanya menjaga parkir dan merawat tanaman disana, maka dari itu  bapak-bapak dan anak laki-laki disana banyak yang menganggur.

Sebenarnya sudah ada bantuan dari pihak Dinsos sendiri ataupun pihak luar untuk menunjang kehidupan dan produktifitas warga seperti tempat tinggal dan dana pembinaan. Namun, ada beberapa bantuan yang belum tersalurkan, contohnya dana pelatihan untuk tari topeng dan sarana prasarana yang lain yang sampai sekarang belum ada kejelasan. Maka dari itu untuk pelatihan tari topeng sampai saat ini tidak berjalan lancar karena tari topeng sendiri tidak ada pelatih.

Imron berharap untuk selanjutnya lebih dikembangkan dan ditambah lagi wahana di Desaku menanti, hal itu dimaksudkan agar dapat menarik minat wisatawan. Sehingga wisatawan tersebut mampu memberikan dampak baik yang memompa produktivitas dan kreativitas warga Desaku Menanti.

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA