Olahraga Bersepeda Meningkat di Tengah Pandemi, Bentuk Kesadaran Atau Tren Musiman?

Sejak adanya pandemi Covid-19 dan dikeluarnya kebijakan untuk melakukan physical distancing serta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pengguna

Dokumentasi/LPM Siar

Sejak adanya pandemi Covid-19 dan dikeluarnya kebijakan untuk melakukan physical distancing serta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pengguna transportasi di jalan raya terlihat menurun. Hal tersebut dibuktikan dengan keadaan jalan raya yang begitu lengang. Selain karena masyarakat diharuskan berdiam diri di rumah, penerapan berbagai protokol kesehatan yang sedang gencar-gencarnya dilakukan membuat masyarakat enggan untuk bepergian. Berbagai kebijakan mulai dari Work From Home (WFH), hingga sekolah dan perkuliahan yang dilaksanakan melalui daring  turut menyebabkan keadaan jalanan yang semakin lengang, bahkan di beberapa kota besar penurunan tingkat polusi juga terlihat cukup signifikan.

Di sisi lain, akibat dari adanya kebijakan PSBB, aktivitas fisik masyarakat juga cenderung mengalami penurunan. Perusahaan Garmin, produsen GPS dan smartwatch melakukan analisis perbandingan aktivitas fisik pengguna pada periode April 2019 dan 2020. Dari hasil analisisnya dijelaskan bahwa secara global, terjadi penurunan langkah harian masyarakat sebanyak 12%, termasuk Indonesia. Padahal, aktivitas fisik yang rutin dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga mampu mengatasi kecemasan dan depresi akibat pandemi karena bermanfaat untuk manajemen stress.

Sebenarnya banyak sekali olahraga ringan yang bisa dilakukan di rumah, seperti olahraga naik turun tangga, jogging di sekitar rumah, senam dengan panduan kelas online, olahraga kalistenik—olahraga penguatan otot dengan memanfaatkan berat tubuh sendiri sebagai beban, serta senam peregangan. Namun, ternyata olahraga yang booming di tengah pandemi adalah bersepeda.

Bersepeda dinilai sebagai alat transportasi yang cocok selama pandemi karena memungkinkan masyarakat tidak berdekatan dengan orang lain, sehingga tetap bisa melakukan physical distancing. Dilansir dari beberapa situs berita, produsen sepeda mengaku bahwa penjualan sepeda di masa pandemi ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Lonjakan permintaan sepeda dimulai pasca penerapan PSBB. Kemungkinan masyarakat semakin sadar untuk berolahraga dan meningkatkan daya tahan tubuh semasa pandemi. Selain itu, sejak diterapkannya PSBB, keadaan jalanan yang lengang juga menjadikan bersepeda sebagai kegiatan olahraga yang cukup efektif.

Rupanya olahraga bersepeda selama pandemi Covid-19 tak hanya booming di Indonesia, namun di berbagai negara lainnya. Skotlandia misalnya, salah satu negara yang juga turut melaporkan peningkatan jumlah pesepeda selama pandemi. Dalam catatan CyclingScotland, jumlah peningkatannya bahkan mencapai 215%, beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan tersebut selain karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga daya tahan tubuh juga disebabkan banyaknya instansi yang menawarkan sepeda gratis untuk tenaga medis.

Tren bersepeda ini akan menjadi hal yang positif apabila para pesepeda tetap mengikuti peraturan-peraturan lalu  lintas dan kebijakan physical  distancing. Namun, setiap hal pasti memiliki pro dan kontra. Munculnya beberapa unggahan video terkait pesepeda yang tidak tau aturan di jalan raya menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Banyak dari mereka yang hanya mengikuti tren, bersepeda memenuhi jalan raya, bergerombol, tidak menggunakan masker, dan tidak mematuhi aturan physical distancing.  Selain itu, tak sedikit pula yang menjadikan kegiatan bersepeda hanya untuk kebutuhan postingan sosial media. Seiring berjalannya waktu, sepeda yang dulunya hanya digunakan sebagai alat transportasi yang sehat, murah, dan ramah lingkungan berubah menjadi sebuah gaya hidup. Melalui gaya hidup tersebut, para pesepeda dapat menunjukkan bahwa status sosialnya berbeda dengan orang lain.

Salah satu pengguna sepeda, seperti Albi Salsa Billa yang mengikuti komunitas lowrider Malang juga mengatakan bahwa tren bersepeda yang mulai muncul kembali akan menjadi suatu hal yang positif apabila dilakukan dengan aturan-aturan yang telah ada. Bahkan akan sangat baik apabila kegiatan bersepeda tidak hanya menjadi tren selama pandemi ini, tetapi seterusnya untuk tetap menjaga daya tahan tubuh. Semoga bentuk kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan bersepeda benar-benar tetap berlangsung hingga pandemi ini usai, dengan begitu kita dapat melihat bahwa kegiatan ini bukanlah tren musiman, melainkan benar-benar bentuk kesadaran akan kesehatan.

Penyunting: Mita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA