Nyutrayu : Mata Biru Pengutuk Patriarki

Nyutrayu merupakan novel fiksi fantasi karya Joko Gesang Santoso yang diterbitkan pada tahun 2022 oleh penerbit Pustaka Obor

Gambar: Pinterest

Nyutrayu merupakan novel fiksi fantasi karya Joko Gesang Santoso yang diterbitkan pada tahun 2022 oleh penerbit  Pustaka Obor Indonesia.  Novel 187 halaman ini membawakan narasi gender yang tak biasa. Novel bersampul merah ini mengangkat isu sosial yang dibalut dengan fantasi sehingga membuat pembaca dapat berimajinasi lebih luas tentang kesenjangan sosial yang dialami oleh anak hasil perkawinan silang belanda dan pribumi.

Novel ini mengisahkan seorang penyanyi perempuan yang membenci huruf dan kata, karena baginya huruf seperti laki-laki. Menurut perempuan itu, sebuah huruf bisa saja menjelma menjadi perintah, rayuan, hingga paksaan. Dalam dunianya, laki-laki selalu mendominasi dan penuh akan kerakusan. Bagi si perempuan, laki-laki kerap memaksa perempuan untuk memenuhi syahwatnya, lalu membuangnya seperti sampah. 

Konon perempuan yang tak disebutkan namanya ini memiliki kemampuan khusus. Dia bisa mendengar dari jarak jauh dan bisa menemukan jasad yang telah lama hilang. Berkat kemampuannya itu, ia diincar oleh dua kelompok yang berbeda tujuan. Siapa sangka, pengincaran itu membuatnya kehilangan seluruh kemampuannya. Namun, di balik malapetaka itu, seorang anak perempuan hasil pergundikan silang Indonesia-Belanda, rela memberikan mata birunya kepada perempuan tersebut sebelum kematiannya. 

Sepasang mata biru tersebut memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan orang lain. Mata biru itu menjadi tempat menyimpan masa kelam dan juga bisa menembus masa depan manusia lain yang ditatapnya, terutama bagi para laki-laki. Pada novel ini juga dijelaskan bagaimana kehidupan yang dialami perempuan bermata biru keturunan Indonesia-Belanda, serta bagaimana cara mereka dalam menumpas ketidakadilan dengan mata biru mereka.

Dalam novel ini diceritakan pula bahwa setiap perempuan bermata biru memiliki strata sosial yang rendah. Hal tersebut kerap menjadi alasan adanya kesenjangan sosial dan gender dalam hidup mereka yang membuat mereka mengasingkan diri dan menyembunyikan identitasnya. Namun, yang lebih penting adalah mata biru itu yang akan mengantarkan perempuan penyanyi tersebut ke dalam kehidupan perempuan-perempuan pemilik mata biru lain yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Seperti apakah perjuangan para perempuan itu dalam melawan ketidakadilan? Mengapa kedua kelompok itu mengincar kemampuannya? Siapakah anak perempuan yang telah mendonorkan matanya kepada perempuan penyanyi itu? Lalu, apa hubungan mereka semua?

Buku dengan jumlah halaman 187 ini membuatnya bisa dibaca dengan sekali duduk. Meskipun ukuran font yang digunakan tergolong kecil, penataan yang rapi membuat mata tidak lekas lelah saat membaca buku ini. Ukuran buku terbilang mini yang mudah untuk dibawa kemana saja. Selain itu, banyak hal yang menjadi kelebihan dari novel ini.

Karakter yang Bervariasi dan Unik

Terdapat berbagai karakter perempuan yang memiliki keunikannya masing-masing dan nama yang sederhana sehingga mudah dihafal. Meskipun sama-sama memiliki mata biru tetapi Joko mampu membuat alur setiap tokoh nyentrik dengan memberikan kemampuan mistis yang berbeda-beda untuk melawan patriarkisme. 

Penggambaran Latar Suasana dan Tempat yang Imajinatif

Joko membawakan fantasi realisme magis dengan rapi dan teliti. Penggambaran suasana dramatis membuat pembaca merasakan kepelikan hidup tokoh perempuan, seperti  pada saat pencarian jasad suami dan anak Sumi, lalu pencarian jasad Samil yang dibawakan dengan penuh duka di awal novel. 

Narasi yang Khas 

Narasi ala Joko Gesang Santoso bisa dibilang sederhana, tetapi syarat akan makna. Adegan-adegan kecil yang disuguhkan penulis menunjukkan kesan mendalam pada setiap tokohnya. Dari pembukaan novel sudah membuat pembaca merasa penasaran dengan peristiwa selanjutnya, terutama saat novel bergulir membahas perjuangan setiap perempuan menaklukkan mata birunya saat melawan laki-laki serakah dan cabul.

Plot yang Tak Terduga

Banyaknya plot twist yang mendadak cukup membuat pembaca tak bisa menduga. Pada adegan salah satu tokoh berada di penjara bahkan bisa membuat pembaca ‘gagal move on’. Pengangkatan isu gender dengan lantang. Isu gender kerap kali disepelekan karena lemahnya Perempuan kata mereka tetapi Joko berhasil menghempas stigma tersebut dengan menciptakan tokoh overpower lewat karya novelnya. Joko juga selalu menggarisbawahi peran laki-laki yang rakus dan terlalu mencampuri hak-hak perempuan di setiap babnya.

Novel ini cocok untuk pembaca yang tertarik pada genre realisme magis dengan sedikit latar sejarah, perjuangan perempuan melawan patriarki dengan sentuhan mistis, dan penyuka bacaan yang dapat diselesaikan dalam sekali duduk. 

Penulis: Rahma Nova
Editor: Tian Martiani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA