Han Farhani: Proses Mencari Diri Lewat Puisi

Skena musik di kota Malang memang sedang meningkat pesat. Bukan hanya identik dengan dingin dan pariwisata, tapi ada

Dokumentasi/LPM Siar

Skena musik di kota Malang memang sedang meningkat pesat. Bukan hanya identik dengan dingin dan pariwisata, tapi ada pergulatan musisi yang berkembang, dan sempat ditulis oleh 12 penulis dalam buku yang berjudul ‘Ritme Kota’ yang menarasikan perjalanan skena musik di Kota Malang.

Andaikan diminta daftar rentetan nama musisi indie Malang, maka Han Farhani masuk ke dalamnya. Pria asal Lombok dan Pelantun lagu ‘Hujan dan Kota’ tersebut menjadi sesuatu daftar yang tidak boleh dilewatkan. Malang (16/7) Pria berpawakan kurus dan berambut kribo telah menyelesaikan proses kreatif album keduanya yang berjumlah 12 puisi dan di launching untuk pertama kali nya di Kafe Pustaka UM.

Seluruh lagu dalam album dibuat oleh Han Farhani yang diambil dari beberapa puisi pilihannya. Mengambil lima penulis puisi karya Tengsoe Tjahjono (Jika Kopi); Nanang Suryadi (Selat Honshu-Kyushu, Sajak Cinta yang Ingin Kutulis Sore Ini), Yusri Fajar (Gelandangan di Bangku Ruang Tunggu Frankfurt Hauptbahnhof, Aku Ingin Memanggilmu dari Loteng Kamarku); Djoko Saryono (Rendezvous, Asmara Padang Bai-Lembar); Denny Mizhar (Senja yang Pecah, Kota dalam Kepalaku, Hujan dan Kota, Fantastis, Di Magrib-Mu).

Telah memberikan warna tersendiri, Han kemudian membawakan beberapa lagu dari albumnya. Dipandu Dewi R. Maulida, ia pun bercerita pada proses kreatifnya dalam melahirkan album kedua. “Melihat kenyataan orang menulis lagu, pokoknya jadi. Lagu nya enak tapi lemah lirik. Nah kita buat dari puisi pilihan. Kita perlu belajar kepada orang yang sering tulis puisi” Ujar Han.

Selama enam bulan menggarap album, Han banyak dibantu oleh rekan-rekan nya. Dina Pes (backing vocal), Kukuh Bima (biola), Pelangi Sastra (puisi-puisi pilihan).

Han Farhani mengajak kita untuk mencari fakta lain dari tercipta nya puisi. Ia menjelaskan jika terkadang Han mencari dirinya di dalam puisi.

Foto: Riant Daffa

Musisi beraliran blues ini sering mengadopsi puisi-puisi oleh penyair Saut Situmorang, seorang penulis puisi, esai, dan juga kritikus sastra kontroversial namun kritis.

Lewat lagunya berjudul Aku Mencintaimu dengan Seluruh Jembutku, yang merupakan puisi dari Saut, Han menjelaskan bahwa makna indah bukan hanya sesuatu yang menarik dan indah.

“Lewat Saut, intinya penyair itu harus mencintai kehidupan, meskipun itu dianggap buruk. Justru itu keindahannya, tidak hanya cinta yang sederhana.”

Menanggapi proses kreatif Han Farhani selama ini, sebagai rekan, Tommy tetap memberi support. “Setiap orang punya idealisme nya sendiri dalam bermusik. Dan hal itu lahir dari beberapa cerita yang menarik dari para musisi tersebut, lalu ia curahkan dari sebuah karya,” tutup Tommy.

Penulis: Ahmad Kevin

Penyunting: Mita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA