Kartini, Sosok Feminis yang Tak Lekang oleh Waktu

Wahai Ibu kita Kartini Putri yang mulia Sungguh besar cita-citanya Bagi Indonesia Ibu kita Kartini Pendekar bangsa Pendekar

Dokumentasi/LPM Siar

Wahai Ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Ibu kita Kartini

Pendekar bangsa

Pendekar kaum Ibu

Se-Indonesia

 

Penggalan lagu tersebut mengingatkan kita pada sosok RA Kartini. Saat berbicara tentang Kartini, biasanya membuat kita teringat pada buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, sebuah buku kumpulan surat yang ia tulis untuk teman-temannya di Eropa. Kartini merupakan sosok perempuan fenomenal yang memberikan harapan dan cita-cita baru untuk perempuan Indonesia dulu, bahkan sampai sekarang ia masih menjadi salah satu perempuan yang dikagumi di negeri ini.

Kartini sangat bersungguh-sungguh dalam mewujudkan cita-citanya untuk membela hak-hak kaum perempuan. Hal ini terbukti dari dibukanya sekolah khusus perempuan. Di sekolah itu, Kartini mengajarkan baca, tulis, memasak, menjahit, dan lain sebagainya. Tujuannya, agar perempuan Indonesia dapat memperoleh kesetaraan dalam strata masyarakat dan tidak dipandang rendah oleh kaum pria.

Kartini, sosok feminis nyata zaman dulu dan masih menjadi panutan hingga saat ini. Sosoknya tak akan mudah dilupakan meski zaman terus berganti.  Dia adalah perempuan yang memberikan harapan pada perempuan lainnya untuk terbebas dari belenggu kekuasaan pria.

Saat ini, ketika zaman telah berganti, pendidikan untuk perempuan telah diperhatikan, masalah baru yang dihadapi oleh perempuan pun muncul. Perempuan tidak hanya butuh memperoleh pendidikan tinggi, namun perempuan juga harus mampu hidup mandiri dan mampu mengambil keputusan-keputusan penting. Dikutip dari laman mediaindonesia.com menurut data Komnas Perempuan ada sekitar 282 peraturan daerah yang diduga bias gender. Salah satu di antaranya pekerja laki-laki sebagai kepala keluarga memperoleh tunjangan untuk anak dan istri, sebaliknya perempuan dianggap sebagai pekerja lajang tanpa tunjangan keluarga (Women Research Institute, 2006).

Dalam memperjuangkan hak perempuan di bidang kegiatan ekonomi, dibutuhkan sosok perempuan pemberani, cerdas, dan pekerja keras. Oleh karena itu, untuk membentuk perempuan tangguh, bukan hanya pendidikan yang dibutuhkan tetapi juga pemberdayaan.

http://www.mediaindonesia.com/read/detail/95330-pemberdayaan-dan-kemandirian-perempuan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA