Bagaimana kabar dunia? Bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana kabar kalian sebagai mahasiswa? Jika jawabannya adalah baik-baik saja, wah kalian pasti sedang bercanda. Dunia ini, Indonesia ini, jelas tidak sedang baik-baik saja. Peperangan di Suriah, reklamasi di pantai utara Jakarta, transparansi biaya kuliah yang semakin mahal, dll. Jangan pura-pura tidak tahu, lalu tutup mata, tutup telinga. Jika sikap yang demikian kalian pelihara, mau jadi apa negara ini?
Di zaman edan seperti ini tidak banyak orang yang memiliki sikap peduli. Budaya seperti ini sepertinya akan terus lestari. Semoga kalian bisa memahami bila kultur “masa bodoh” yang demikian ini akan mengakibatkan dampak tidak baik. Masalah, jika kalian sudah mengerti, akan tetapi tetap saja dilakukan.
Mahasiswa dengan label kebanggaannya agent of change sudah seharusnya melakukan perubahan, bukan melakukan pembiaran. Contoh sederhana saja berdasarkan perspektif penulis sendiri. Ketika kebijakan kampus yang ditetapkan birokrat tidak pro mahasiswa, mereka malah manggut-manggut saja, tidak peduli dan tidak berusaha meneriakkan aspirasinya. Bahkan sebagian besar mahasiswa tidak tahu tentang gejolak konflik di kampusnya.
Mahasiswa sang agent of change, tapi malas membaca. Jangankan membaca dinamika beserta silang-sengkarutnya sistem politik kampus, membaca buku untuk referensi mata kuliah saja jarang.
Mahasiswa sang pionir perubahan, namun minim aksi untuk perubahan. Pramoedya A. Toer pernah berkata “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah”. Melalui tulisan, apapun ekspresi dan aspirasi yang sudah kita tulis akan terekam. Pendek kata, mari jadi mahasiswa yang tau diri. Walaupun belum bisa ikut aksi, setidaknya berkicaulah lewat secarik puisi atau menulis beberapa lembar opini.