Kenalkan Kembali yang Hitz Pada Masanya

Berkembangnya informasi dan teknologi di era sekarang membuat anak-anak cenderung melupakan permainan tradisional. Dahulu permainan tradisional sangat digemari.

#SiaranKKN

Berkembangnya informasi dan teknologi di era sekarang membuat anak-anak cenderung melupakan permainan tradisional. Dahulu permainan tradisional sangat digemari. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak sudah mulai ketergantungan pada penggunaan gadget yang tentunya membuat calon generasi emas Indonesia kita kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Selain dapat memupuk keakraban dengan sesama, permainan tradisional dapat menjadi sarana olahraga bagi anak-anak. Sebab, seluruh bagian tubuh mereka akan ikut bergerak. Hal tersebut berbeda dengan bermain gadget yang hanya menuntut pergerakan jemari saja.

Pada hari Senin (27/5) yang cukup cerah kala itu, kami para mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tengah menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ketawang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, membaur dengan anak-anak dan “memperkenalkan kembali permainan tradisional” pada mereka melalui salah satu kegiatan yang kami adakan.

Tujuan kegiatan ini untuk mengingatkan kembali kepada generasi alpha (generasi yang hidup  pada perkembangan teknologi yang sangat pesat) bahwa Indonesia punya permainan tradisional yang tak kalah asyik-nya. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih peningkatan kepekaan, menghargai sesama, serta melatih ketrampilan psikomtorik anak. Maka, berangkatlah kami ke RA Miftahul Huda.

Kegiatan ini di laksanakan selama tiga hari berturut-turut, hari Senin sampai hari Rabu tanggal 27-29 Mei, di RA Miftahul Huda. Antusiasme siswa-siswi pada kegiatan ini sangat tinggi, hal itu terlihat dari semangat mereka dalam mengikuti tiap rangkaian permainan. Ada empat permainan tradisonal yang diperkenalkan dalam program ini diantaranya, Gubag Sodor, Lompat Tali, Engklek dan Boi-Boian. Keempat permainan tersebut pernah nge-hitz pada zaman-nya dan seringkali dimainkan oleh anak seusia mereka, terutama di desa-desa.  

Permainan ini dilaksanakan untuk siswa-siswi kelas A dan kelas B secara beregu dan bergiliran. Ima, salah seorang murid dari kelas A mengaku sangat senang dengan adanya permainan tradisional yang agak asing baginya, ia mengaku bahwa ini adalah kali pertama baginya mengikuti permainan tersebut.  

Tidak hanya berhenti di situ, kami juga membantu menghias seluruh kelas A dan B. Pada kelas A menghias dilaksanakan pada hari Senin (27/5) sedangkan pada kelas B dilaksanakan pada hari Rabu (29/5). Dengan menghias kelas mereka, kami berharap dapat memberi kesan yang lebih indah dan memberikan suasana baru bagi anak-anak. Kami tak bekerja sendirian saat menghias kelas, kami ajak anak-anak untuk turut berpartisipasi. Kami harap dengan mengajak mereka berpartisipasi dapat mengasah kreativitas yang mereka miliki.

Melihat anak-anak RA Miftahul Huda memperlihatkan raut wajah yang bersemangat, ceria, dan gembira, hingga berteriak kegirangan sedikit banyak dapat melupakan keberadaan gadget. Dengan permainan yang kami susun, mereka dapat mendekatkan diri satu sama lain. Selain itu, mereka juga belajar merasakan jatuh bangun dan berkeringat. Tetapi hal itu tidak mengurangi semangat mereka dalam mengikuti tiga hari rangkaian kegiatan bermain ‘permainan tradisional’ yang memang seharusnya anak-anak sesusia mereka mainkan.

Penulis: Neni Citra Dewi, Farah Nur Ihsanti, Nizal Rafizi, Shofia Amin M.

Penyunting: Rizka

Tulisan ini berasal dari kontributor rubrik spesial #SiaranKKN – Kita Ke sana Ngapain untuk mewadahi dokumentasi kegiatan KKN Mahasiswa Universitas Negeri Malang.

Yuk, kirimkan milikmu! (Baca: [#SiaranKKN] – Hei, Kita Ke sana Ngapain?)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA