8 September 2024 7:40 AM
Search

Pameran “Nduduk Silo”: Hubungan Manusia dengan Benda

(Malang – SIAR) Pameran Diklat 31 “Nduduk Silo”  diadakan Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Minat Universitas Negeri Malang (UKM

Foto: Shofi NJ/Siar

(Malang – SIAR) Pameran Diklat 31 “Nduduk Silo”  diadakan Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Minat Universitas Negeri Malang (UKM Samin UM). Berlokasi di Malang Creative Center (MCC) pada 26 April – 28 April 2024. Pameran ini dibuat oleh peserta Diklat 31 UKM Samin UM yang menjadi ajang belajar bagi anggota baru untuk menghadapi pameran yang lebih besar nantinya.

Pameran “Nduduk Silo” dilaksanakan tiga hari, dilengkapi dengan workshop dan hiburan di setiap harinya. Ada juga workshop makrame, workshop pipe cleaner, live mural, perform art, bedah karya lalu ditambah live musik. Dalam “Nduduk Silo” terdapat sebanyak 64 karya beragam dari anggota baru, seperti lukisan, kriya, kolase, rajut, hingga instalasi bertema hubungan antara manusia dan barang.

Pameran bertema “Nduduk Silo” memiliki arti dalam bahasa Jawa ‘nduduk’ yaitu menggali, sedangkan ‘silo’ berarti tempat penyimpanan di ladang. Jadi “Nduduk Silo” ini memiliki arti menggali kenangan pada ruang penyimpanan. 

“Nduduk Silo itu bukan duduk bersila, tapi menggali kenangan di tempat penyimpanan dari pengkarya tadi. Tempat penyimpanannya ya galeri ini,” ungkap Wegindra Weka Wiryawan selaku Ketua Pelaksana Pameran Diklat 31 UKM Samin UM.

Weka mengatakan bahwa berbagai karya yang dipamerkan dalam pameran ini bisa dibilang merupakan kenangan, hubungan manusia dengan barang-barang itu. Konsep ini bertujuan agar pengunjung turut merasa relate dengan barang-barang tersebut, entah barang yang pernah dimiliki, dilihat, dirasakan, atau ditemui. 

Foto: Naufal/Kontributor

Grace Gabriella salah satu pengkarya yang merupakan anggota baru UKM Samin UM menjelaskan bahwa konsep karyanya bergenre instalasi hubungan antara benda dan manusia, berjudul “Aku Pernah Berharap” yang memiliki makna pengharapan dari suatu benda kepada pemiliknya.  Karya itu berupa vas bunga, menurutnya benda paling mencerminkan dari hubungan manusia dengan benda adalah vas bunga.

“Aku pernah berharap, bermakna mungkin vas bunga ini memiliki pengharapan ketika baru pertama kali dibeli oleh pemiliknya. Berharap menjadi wadah atau apapun itu melihat indahnya hubungan rumah tangganya,” ucap Grace Grace, salah satu pengkarya dari Jurusan Game Animasi 23. 

Grace juga mengatakan terkait konsep dari karyanya berupa vas bunga tersebut. Ia mengatakan bahwa vas bunga umumnya berada di dalam rumah, sehingga secara tidak langsung menjadi saksi bisu isi dalam rumah itu. 

“Ngambil sudut konsepnya sebenarnya ingin tahu bagaimana sih vas bunga ini. Vas bunga kan umumnya ada didalam rumah, jadi secara nggak langsung menyaksikan apa yang terjadi di dalam rumah itu. Jadi aku ingin menggambarkan gimana sih kalo kita jadi vas bunganya,”

Mawar merah menggambarkan isi dalam rumah tangga, meliputi kepala keluarga, ibu, dan anak. Selain itu juga mawar merah biasanya dimaknakan untuk sepasang kekasih, seharusnya ada kasih cinta didalamnya. 

“Jadi harusnya bunga mawar bisa nih untuk melambangkan ini. Namun, seiring berjalannya waktu bunga mawar itu berubah sedemikian rupa bergantung kepada si pemilik rumah itu. Jika rumah itu hancur bunga itu akan mati, sebaliknya jika rumah itu berisi kebahagiaan bunga itu akan tumbuh,” ucap Grace.

Adapun pemaknaan untuk detail lainnya seperti kasa yang dimaknakan untuk mempersatukan mawar. Grace mengatakan bagaimanapun keadaannya dalam rumah tangga, walaupun luka sekalipun mereka harus tetap satu. 

Grace memaknakan vas yang retak, menggambarkan kondisi rumah yang kacau. Kemudian air berwarna merah ini awalnya jernih. Ia mengatakan, awalnya airnya jernih, tetapi seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang ikut campur, ibaratnya menuangkan cairan merah ini, jadi semakin pekat masalahnya. 

Pemaknaan warna turut diperhatikan dalam karya ini. Warna hitam dalam kain mori (kain kafan) berarti kematian melambangkan segala sesuatu hubungan pasti ada berakhirnya. Warna merah penuh perjuangan. Dikarenakan tidak hanya senang saja dalam rumah tangga, mungkin juga ada hambatan penuh tangis air mata di dalamnya, sehingga perlu perjuangan juga di dalamnya. Warna kuning bermakna bahagia, seburuk apapun pasti bakal ada kebahagiaan di dalamnya. Disini memang sengaja dibuat warna kuning hanya kecil yang jatuhnya seperti noda, karena memang kadang kebahagiaan itu tidak ter-notice oleh orang lain, orang malah lebih fokus pada keburukan saja, padahal ada titik kebahagiaan di dalamnya. 

Tentunya ada harap dalam pembuatan karya ini. Grace berharap semoga orang-orang menyadari bahwa benda-benda ternyata menyimpan memori tersendiri. Walaupun orang lain tidak menyadari, setidaknya sebagai pemiliknya menyadari hal itu, tentang memori itu.

“Menunjukkan karya ini untuk tau gitu bahwa benda juga bisa menjadi saksi bisu apa yang kita lihat dan lakukan. Jadi kayak menyimpan memori, meskipun kadang kita anggap sepele. Aku mengibaratkan disini bagaimana jika menjadi vas bunga ini. Aku ingin pengunjung tau bagaimana rasanya jadi vas bunga ini,” tandas Grace.

Penulis: Naufal Hafidz /Kontributor
Editor: Shofi NJ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA