Cuaca dingin pada malam itu seolah menjadi terasa hangat sekaligus sendu ketika kembali mengenang Kafe Pustaka. Kafe Pustaka atau sering disebut Kafpus resmi berdiri pada 7 Mei 2015 dengan memanfaatkan tempat di dalam kampus, yaitu di samping perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM). Sejak berdiri, Kafpus sengaja didesain dengan gaya kafe akademik dan literasi yang digagas oleh Djoko Saryono, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan UM. Kemudian gagasan itu disampaikan kepada David Ardianto, pengelola Kafpus untuk bisa direalisasikan (berdiri), serta menjadi tempat yang disenangi banyak kalangan.
David menjelaskan bahwa Kafpus bukan kafe biasa yang hanya diperuntukan dalam hal komersial semata, tetapi menjadi kafe akademik dan literasi yang berfokus pada value dan mempunyai visi misi membangun komunitas literasi dan lingkungan epistemik untuk publik.
Kafpus merupakan sebuah ruang pertemuan bagi pecinta literasi, karena memang pada dasarnya kafe ini diperuntukkan pada orang-orang yang ingin membangun komunitas literasi dan berjejaring.
“Kafpus membangun epistemik untuk publik sehingga pengunjung bukan warga kampus UM saja, tetapi juga bisa digunakan untuk temen-temen penggiat literasi dan orang-orang awam lainnya,” ujar David.
Dengan raut wajah kerinduannya, David mengenang banyak hal yang berkesan selama berdirinya Kafpus. Mulai dari para penggiat literasi yang sering mengadakan acara, interaksi mahasiswa dengan dosen, hingga tempat tumbuhnya asmara.
“Di Kafpus itu jadi tempat semua orang, pegiat literasi, mahasiswa yang ngejar-ngejar dosennya buat bimbingan sampai akhirnya lulus, bahkan ada yang sampai ketemu jodoh, karena mungkin tempat ini nyaman untuk orang ingin santai dalam belajar, ” terang David.
Dari banyaknya kenangan itu, David merasa bahwa Kafpus menjadi tempat yang penuh dengan cerita. Kafpus selalu menyimpan banyak kenangan yang indah dan berharga. Orang-orang yang tadinya asing bisa saling mengenal karena menghabiskan waktu di Kafpus, berjejaring dari latar belakang yang berbeda-beda, menambah wawasan dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, meningkatkan minat literasi, dan menjadi tempat menghabiskan waktu dengan orang terkasih.
Testimoni Pelanggan Kafpus
David menjelaskan bahwa jauh sebelum kafe ini berdiri, ia sudah banyak berjejaring dengan para pegiat literasi. Saat Kafpus diresmikan, hal itu berhasil menarik perhatian banyak pegiat literasi dan komunitas lainnya untuk mengadakan kegiatan-kegiatan, mengingat letaknya yang strategis dan gaya kafe yang sesuai.
Dari sanalah mulai bermunculan kegiatan-kegiatan yang ada di Kafpus. Pelanggan tidak hanya menyantap hidangan yang ada di kafe ataupun menyeruput kopi panas yang sudah di pesan, tetapi sembari membaca buku, membahas buku yang sudah mereka baca, dan bertukar pikiran bersama pelanggan lainnya.
Salah satu pegiat literasi yang pernah mengadakan kegiatan di Kafpus adalah Pelangi Sastra. Hal itu dikatakan Denny Mizhar selaku founder Pelangi Sastra yang juga merupakan pegiat literasi. Denny sangat antusias menceritakan Kafpus.
Menurut pengakuan Denny, Kafpus memiliki daya tarik yang unik dibandingkan kebanyakan kafe-kafe lain yang ada di Kota Malang. Hal itu dikarenakan Kafpus berada di dalam lingkungan kampus yang memberikan daya pikat yang lebih kuat, baik untuk masyarakat umum maupun mahasiswa di lingkungan kampus itu sendiri.
Pelangi Sastra kerap menggunakan Kafpus sebagai tempat mengadakan acara yang berkaitan dengan literasi. Acara itu meliputi bedah buku, diskusi wacana, kelas menulis, gerakan lingkungan, dan kegiatan yang berbau literasi lainnya.
Selain pegiat literasi di luar kampus, ada pula LPM SIAR, Lembaga Pers Mahasiswa UM yang sering mengadakan kegiatan bernama Diskusi Nusantara (Dinar).
Menurut keterangan Direktur LPM Siar, Eka Safitri, Kafpus dipilih karena lingkungannya yang nyaman dan dikelilingi pepohonan. Selain itu, jarak yang sangat dekat dan mudah dijangkau mahasiswa, fasilitas yang memadai -seperti meja, kursi, dan sebagainya- menjadi alasan mengapa LPM Siar menjadikan Kafpus sebagai tempat berkegiatan.
“Jadi kami mempersiapkan kegiatannya, dan dari pihak Kafpus menyediakan sekaligus membantu mempersiapkan tempatnya. Kemudian untuk poster kegiatan juga biasanya kami unggah di Instagram lalu menandai akun Instagram kafe pustaka, sehingga jangkauan penyebaran poster kegiatan juga otomatis lebih luas,” ungkap Eka.
Menurut Patrick Gavin Teofilus seorang mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID), Kafpus itu adalah tempat istirahat dan tempat menambah skill, karena di Kafpus mahasiswa bisa bertemu banyak orang dengan beragam latar belakang pendidikan yang berbeda.
“Seperti ketika saya pernah bertemu seorang juara dalam Lomba Cipta Puisi Asia Tenggara, Pekan Bahasa dan Sastra 2021 yaitu Yohan Fikri, yang menjadikan salah satu pengalaman yang berharga,” ungkap Patrick.
Selain itu Arif Rahman Hakim, mahasiswa Fakultas Sastra (FS) UM menjelaskan banyak orang yang menggemari Kafpus karena Kafpus adalah tempat yang bisa dijadikan untuk ruang belajar.
“Walaupun kita tidak bisa menepis fakta bahwa kita bisa belajar dari manapun dan kapanpun. Akan tetapi Kafpus adalah salah satu ruang di mana kita bisa belajar secara fleksibel dan santai,” ungkap Arif.
Arif menuturkan bahwa baginya Kafpus itu memfasilitasi interaksi antara para profesional dan orang awam. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana Kafpus dapat menjadi fasilitas dalam menyelenggarakan sebuah acara, seperti seminar, bedah buku dan pembahasan tentang isu-isu terbaru. Bahkan Kafpus menjadi tempat tokoh-tokoh yang inspiratif seperti Eka Kurniawan, Suciwati, dan lain-lain untuk berdiskusi bersama. Kegiatan yang diadakan juga tidak memungut biaya sehingga siapa saja dapat dengan mudah ikut serta tanpa harus membayar biaya masuk. Dengan cara ini, kultur literasi dapat berkembang dengan memungkinkan para pakar dan orang awam untuk berkumpul dan saling berbagi pengetahuan.
“Kalau kita lihat Kafpus di zaman sekarang ini bukan perihal ruang belajar itu sendiri karena sudah ada internet, akan tetapi lebih ke ruang mempertemukan antara orang profesional dan orang awam, dan menurutku Kafpus memiliki itu,” ungkap Arif
Menurut Arif, perlu juga untuk berkaca di latar sejarah revolusi Perancis, bahwa berkumpulnya orang-orang di sebuah cafetaria, di mana orang-orang berkumpul atau mengobrol satu sama lain dan saling bertukar pikiran mereka. Hal ini bisa diartikan suatu hubungan interdisiplin antara ilmu yang mereka miliki, sehingga dari tempat kecil inilah suatu zaman pada saat itu Prancis dapat menyebarluaskan “ideologi” barunya di kalangan masyarakatnya tanpa adanya media.
Baca juga: Temui Massa Aksi, Ketua DPRD Kota Malang Mengaku Sepakat dan Tandatangani Surat Tuntutan
Kafe Pustaka Kini
Sayangnya, Kafe yang sangat dicintai banyak orang telah tutup beberapa waktu lalu, tepatnya pada Rabu 31 Juli 2024 Kafpus resmi ditutup. David menjelaskan bahwa alasan ditutupnya Kafpus adalah karena kontraknya sudah habis, dan pihak UM akan merenovasi tempat tersebut.
“Seperti yang saya bilang dari awal kontraknya memang habis, terus dari pihak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) rencana ada renovasi, untuk [dibuat] apa renovasi kedepannya atau digunakan untuk apa saya juga kurang tau,” jelas David.
David mengatakan, tutupnya Kafpus tentu saja sangat berat untuknya dan yang lainnya, mengingat bahwa masih banyak pihak yang sudah memesan tempat di Kafpus untuk mengadakan kegiatan. Namun, David tetap harus berlapang dada karena bangunan tersebut adalah milik kampus.
Mengenai urgensi renovasi itu dilakukan, David tidak mengetahui dengan jelas alasannya. Namun, merujuk berita dari radarmalang.jawapos.com yang diunggah pada Selasa (6/8/2024) dari keterangan Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Sumber Daya dan Usaha UM, Puji Handayati menyebutkan bahwa semangat Kafpus sudah mulai memudar dalam membangkitkan literasi. Kemudian bangunan tersebut juga akan direnovasi sesuai dengan program UM sebagai Green Campus.
Melihat dari program Green Campus UM dalam bidang infrastruktur yang dikenal dengan Green Setting and Infrastructure, UM sedang menuju World Class University dalam jangka panjang. Bercita-cita mempunyai infrastruktur yang handal atau ‘wide infrastructure’ (luas, beragam, lengkap, cerdas, antisipatif, dan produktif) yang mampu mendukung secara efektif dan efisien semua fungsi dan aktivitas civitas UM.
Unsur-unsur itu secara efektif mendukung pelaksanaan program yang meliputi program belajar mengajar, program penelitian, program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan, program pertukaran sosial dan budaya, serta program pengembangan kinerja kampus yang inspiratif. Orientasi Pengembangan UM berdasarkan Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) Nomor 9 Tahun 2022 tentang Rencana Induk Pengembangan UM Tahun 2022-2041, yaitu supaya pengembangan akademik berjalan optimal maka dibutuhkan ekosistem pendukung yang kuat, efektif, kondusif, dan produktif. Sistem pendukung itu meliputi tata kelola, keuangan, teknologi dan informasi, sumber daya manusia, infrastruktur, fasilitas dan lingkungan, serta pengelolaan usaha dan dana abadi.
Namun, keputusan itu tentu saja sangat disayangkan oleh kebanyakan dari pelanggan Kafpus, mereka merasa akan kehilangan tempat dan ruang untuk kegiatan berdiskusi dengan para pegiat literasi lainnya. Meskipun sangat disayangkan akan penutupan Kafpus itu, tetapi setidaknya Denny mengungkapkan bahwa Kafpus sudah pamit dengan bangga, dan sudah menjadi Kafe yang bukan hanya sekedar tempat bersantai ataupun makan, akan tetapi menjadi ruang dan tempat yang luas, edukatif dan produktif. Bahkan pernah menjadi tempat perkuliahan oleh salah satu dosen di UM, Djoko Saryono untuk menciptakan pembelajaran yang santai namun bermakna.
Pada 5 Agustus 2024, seremoni penutupan Kafpus diselenggarakan, dengan dihadiri banyak orang, Kafpus berpamitan dengan bangga, menggelar acara penutupan dengan menampilkan poster-poster dari kegiatan yang pernah diadakan di Kafpus, bahkan jumlah 200 poster itu masih sebagian dari keseluruhan kegiatan yang pernah diadakan di Kafpus, menandakan bahwa Kafpus memang benar menjadi tempat untuk menanamkan kecintaan terhadap literasi dan wawasan, serta tempat kegiatan atau sarana diskusi.
Kafpus sama sekali tidak memudar dalam membangkitkan literasi. Hari itu, meskipun acara Kafpus diadakan sangat meriah dan antusias dengan dihadiri banyak orang dari berbagai kalangan. Namun, tetap saja akan menjadi salah satu hari kesedihan bagi para pegiat literasi, khususnya, orang-orang yang sering menghabiskan waktunya di Kafpus.
David tetap berharap Kafpus akan selalu ada dan tidak pernah mati dimanapun itu tempatnya. Dikarenakan tempat seperti itu adalah ruang yang efektif untuk menyebarkan dan menanamkan kecintaan kepada literasi.
“Harapannya ya setelah ini mungkin dapat tempat baru yang lebih kondusif, sehingga di Malang tetap ada ruang-ruang publik yang bisa digunakan seperti hal pustaka yang bisa digunakan untuk diskusi seperti biasa,” tandas David.
Baca juga:
BULETIN SIAR EDISI PKKMB II TAHUN 2024
BULETIN SIAR EDISI PKKMB I TAHUN 2024
Penulis & Reporter:
- Naufal Hafizh Numuda
- Naila Azahra P.
- Della Dealna O.
- Geri Rahman
Editor: Tian Martiani