Oleh: Rifqi Septian Dewantara
Aku tidak pernah ada di mana-mana
Tak pernah utuh; tak pernah ada. Barangkali aku tidak hadir—apakah aku telah usai?
Entahlah, aku pun juga ingin kematian; sebelum terbangun memimpikan semaian kata yang
memecah riuh rendah semesta, barangkali ketika itu aku tidak sanggup merasakan sesuatu
untuk mengubahnya menjadi kata-kata. Aku bertanya; apakah ini hidupku?
Atau barangkali ketika aku bertaruh kepada tahun-tahun yang penuh dengan kekosongan;
apakah aku sia-sia? atau usiaku telah tertelan sepanjang alasan?
Ah! hidupku menerka-nerka bayangan sendiri. Pun dengan kata-kata dan diriku; telah
menggenapi kematian masing-masing
Tapi, mengapa aku adalah takdir!
2023
Tentang Penyair
Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kaltim Mei 1998. Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online dan buku antologi puisi bersama seperti Media Indonesia, BeritaSatu, Suara Merdeka, Borobudur Writers & Cultural Festival, AyoBandung.com, Bali Politika, dll. Kini bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara.