“Menjagal Kewarasan” Pameran Tunggal Nauval Firdaus

Nauval Firdaus, perupa muda asal Kota Malang, Minggu (30/7) sukses menggelar pameran tunggal pertamanya bertajuk “Menjagal Kewarasan”. Bekerja

Dokumentasi/LPM Siar

Nauval Firdaus, perupa muda asal Kota Malang, Minggu (30/7) sukses menggelar pameran tunggal pertamanya bertajuk “Menjagal Kewarasan”. Bekerja sama dengan Widandari Art Foundation dan Rumah Opa Foundation, pameran ini memanfaatkan pabrik keramik Dinoyo yang sempat mangkrak sekitar 14 tahun lalu.

Arie Omen, penyelenggara dari Widandari Art Foundation menyatakan bahwa pabrik keramik Dinoyo yang telah mangkrak ini dipilih sebagai tempat perhelatan pameran ini karena ada chemistry dengan masa kecil Nauval di daerah pabrik tersebut. “Dulu karena Nauval SD nya di daerah pabrik ini” terang Arie. Selain itu, menurut Nauval seorang pegiat seni harusnya dapat memaksimalkan suatu space kosong.

Karya-karya yang dipamerkan Nauval merupakan bentuk dari respon dirinya terhadap berbagai isu-isu di sekitarnya, seperti isu modernisme, konsumerisme, sosial hingga pendidikan. Konsepnya, perupa yang pernah mengikuti pameran “Thursday Noise” di Quibicle Jakarta tahun 2016 , mengusung tema kegilaan dengan melewati batas kewajaran yang dibentuk oleh masyarakat. “Dari sudut kesenian, jangan sampai kesenian itu dikontrol dan diseragamkan, selain itu seni juga tidak boleh dinilai dari tolak ukur kewarasan. Jadi jangan berkarya yang wajar-wajar saja” tutur Nauval.

Pameran yang berlangsung sampai 4 Agustus 2017, dibuka dengan penampilan MonoHero – band psychedelic ambient asal Malang, feat Melia Padma, penari senior asal Malang,. Kemudian disusul dengan Perform Art dari Ranggi Samudra. Lalu dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari pihak penyelenggara dan Nouval Firdaus sebagai seniman. Pameran ini dibuka setiap hari untuk umum dari pukul 16.00-22.00 WIB. Di hari kelimanya (3/8), ada Artist Talk dan bedah karya oleh Nauval Firdaus yang didampingi juga oleh seorang seniman Malang.

Untuk penutupannya (4/8) ada kolaborasi antara Malang Sub Noise dan komunitas NoFlag Temple.

Pameran tunggal ini bukan saja sebagai bentuk eksistensi seorang perupa. Menurut Nauval, berkarya merupakan tanggung jawab seorang pegiat seni. Nauval berharap para pegiat seni di Kota Malang tetap semangat dalam meramaikan kesenian di Kota Malang. “Saya berharap kesenian di Kota Malang suatu hari nanti diperhitungkan oleh jagat seni di Indonesia maupun dunia,” tuturnya.(din).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA