Hari Disabilitas Internasional, Mahasiswa UM Kampanyekan Dukungan Menuju Kampus Inklusi

Memperingati Hari Disabilitas Internasional (3/12), Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Forum Sahabat Disabilitas, menggelar aksi

Dokumentasi/LPM Siar

Memperingati Hari Disabilitas Internasional (3/12), Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Forum Sahabat Disabilitas, menggelar aksi damai di halaman Perpustakaan UM untuk menyerukan aspirasi mahasiswa difabel. Kampanye tersebut sebagai wadah untuk mengenalkan motif pentingnya menjadi kampus inklusi.

Berawal dari obrolan mengenai kesadaran disabilitas, kajian diskusi Kajibilitas di Kafe Pustaka Rabu (28/11), dan Isu E-Vote Kamis (29/11) lalu, Hasbi Al-Haikal seorang Mahasiswa Pascasarjana memberikan suatu upaya penyadaran lewat poster dan petisi sebagai dukungan dan antusias dari mahasiswa UM terhadap keberadaan mahasiswa difabel.
“Sebenarnya kan perguruan tinggi yang sudah menerima temen-temen difabel itu sudah seharusnya menyiapkan diri untuk menjadi kampus inklusi. Itu sudah ada peraturannya juga. Nah kita ingatkan, dan minta dukungan dari masyarakat UM,” ujar Haikal.

Aksi penyadaran ini juga didukung berbagai elemen mahasiswa di UM. Faris Rosul Arifin, Presiden Mahasiswa (PRESMA) periode 2018/2019 juga mendukung UM untuk menjadi kampus Inklusi. “Kami sudah ada pandangan terutama untuk temen-temen disabilitas. Dari BEM UM, yang pertama kami ikut mengkampanyekan dalam hal Universitas Negeri Malang sebagai kampus Inklusi, yang nyatanya saat ini belum terealisasi secara maksimal dan secara menyeluruh,” ungkap Faris.

Selain beberapa kampanye pentingnya penyadaran akses untuk mahasiswa disabilitas, Forum Sahabat Disabilitas dan beberapa elemen organisasi kampus mulai bergerak dari fakultas ke fakultas. “Dari temen sahabat disabilitas, bergerak semua menjadi satu, dan juga diletakkan mobile di beberapa fakultas untuk meminta angket dan meminta testimoni dari dekan-dekan,” ujar Haikal.

Haikal mengungkapkan bahwa Forum Sahabat Disabilitas sudah bergerak di berbagai disiplin ilmu. “Rencana temen-temen forum ini konsen disability weakness sama kajian keilmuan terkait kajian disabilitas. Jadi, ada persilangan keilmuan. Kalau bergeraknya, kita sudah multidispilin ilmu. Kemarin yang ikut kajian juga dari temen-temen bahasa Inggris, sudah lintas jurusan bahkan lintas universitas. Kemarin banyak yang dari UB,” Ujar Haikal.

Faris Rosul, mahasiswa Jurusan Geografi yang baru terpilih menjadi ketua BEM UM juga menambahkan salah satu contoh bahwa UM belum ramah disabilitas, yaitu belum tersedianya akses jalan ke lantai 2 di Perpus Pusat UM bagi mahasiswa disabilitas. “Contohnya di Perpustakaan ini, untuk temen-temen difabel yang tidak bisa naik ke lantai 2 bagaimana? Jadi itu harus menaiki tangga, dan itu merupakan suatu bentuk diskriminasi,” tambah Faris. (kvn//wis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA