Selasa (28/6/2023) Tim Kuliah Kerja Nyata Universitas Negeri Malang (KKN UM) Desa Kebobang bekerjasama dengan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Kebobang untuk menggalakkan pembuatan lubang resapan biopori. Dukungan tersebut direalisasikan dengan cara turun langsung menambah lubang resapan biopori di beberapa titik.
Setidaknya sudah ada puluhan lubang resapan biopori di Desa Kebobang. Kemudian saat ini, lubang resapan biopori telah bertambah 18 titik yang tersebar di dua dusun, yakni Dusun Tumpangrejo dan Dusun Kebobang. Lubang tersebut dibuat di beberapa tempat, antara lain halaman rumah warga, jalan desa, dan kebun warga.
Upaya tersebut merupakan salah satu wujud dukungan dan kepedulian terhadap lingkungan. Lubang resapan biopori tentu memiliki berbagai fungsi, salah satunya untuk membantu peresapan air ke dalam tanah. Lubang resapan biopori juga bisa meminimalisasi genangan air saat hujan.
“Selain meminimalisir genangan, lubang resapan biopori juga bisa dimanfaatkan untuk penyiraman maupun pemupukan tanaman,” ujar Rachmad Syaifullah selaku Koordinator KKN UM Desa Kebobang.
Kemudian, Kepala Desa Kebobang, Mujiati, menambahkan alasan penting adanya lubang resapan biopori terutama untuk tabungan air saat musim hujan. Hal tersebut dikarenakan secara letak geografis Desa Kebobang berada di ketinggian antara 500-800 Mdpl. Artinya, Desa Kebobang yang terletak di daerah ketinggian tentu memiliki peran vital untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dataran tinggi.
Desa Kebobang yang juga merupakan salah satu desa penyangga kawasan hutan di Gunung Kawi. tentunya memiliki peran vital untuk menjaga agar tidak terjadi banjir di kawasan bawahnya. Upaya pembuatan lubang resapan biopori tersebut dikatakan oleh Mujiati sebagai salah satu langkah antisipasi agar bencana banjir tidak terjadi.
“Ini (red: biopori) merupakan salah satu upaya konservasi air hujan. Akan tetapi, juga ada konservasi di mana lubang resapan biopori ini ada dua hal. Pertama untuk sarana menabung air. Kedua semacam ada pemupukan untuk penyuburan tanah,” tambahnya.
Adanya lubang resapan biopori selain membantu peresapan air juga sangat membantu untuk pemupukan tanaman. Lubang-lubang resapan biopori tersebut nantinya juga akan diisi dengan sampah-sampah organik yang kemudian akan menjadi pupuk alami bagi tanaman. Terutama lubang-lubang resapan biopori yang dibuat di kebun warga.
Tak hanya membuat lubang resapan biopori, Mujiati juga seringkali melakukan sosialisasi akan manfaat dan pentingnya lubang resapan biopori yang tidak hanya untuk menampung air, tetapi juga untuk pemupukan dan penyuburan tanah.
Mulanya, pembuatan lubang resapan biopori sudah ia kenal sejak tahun 2014. Kemudian saat Desa Kebobang menyandang gelar Desa Berseri, Mujiati terus menerus mengenalkan manfaat biopori kepada masyarakat melalui PKK maupun rapat RT/RW. Hal tersebut dilakukannya karena melihat manfaat biopori yang begitu besar untuk lingkungan.
Harapan dengan adanya lubang resapan biopori dari berbagai wilayah di Desa Kebobang akan didapatkan manfaat dari lubang resapan biopori itu sendiri, seperti menambah daya resap air di lingkungan sekitar lubang dan bisa menyuburkan tanah. Tanah yang semakin sehat karena aktivitas biota tanah akan meningkatkan kesuburan tanah.
Meski saat ini belum tersebar merata di seluruh Desa Kebobang, Mujiati juga berharap agar nantinya masing-masing rumah bisa memiliki lubang resapan biopori. “Harapan kedepan, saya berkeinginan dan bercita-cita di 2025, masyarakat kami mengenal lubang resapan biopori. Karena kita berada di ketinggian ini semua harus mengenal terkait lubang resapan biopori dan merawat biopori yang ada. Kami berharap 2025 nanti dari seluruh dusun wilayah ini menerapkan biopori ini.” tutupnya.
Penulis : Delta Nishfu Aditama
Editor : Afifah Fitri W
Tulisan ini berasal dari kontributor dan diterbitkan sebagai bagian dari rubrik sepesial #SiaranKKNUM2023 yang bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan KKN mahasiswa Universitas Negeri Malang