The Batman, Ketika Vigilante Bertopeng Terlibat Konspirasi Besar Pemerintah

The Batman, merupakan sebuah film yang sudah saya tunggu-tunggu sejak pertama kali rilis first look-nya di tahun 2020.

Dokumentasi/LPM Siar

The Batman, merupakan sebuah film yang sudah saya tunggu-tunggu sejak pertama kali rilis first look-nya di tahun 2020. Film yang harusnya tayang di tahun 2021 ini terpaksa diundur sampai tahun 2022 karena pandemi Covid-19 yang masih melanda. Hal tersebut membuat saya harus sedikit sabar untuk menunggu film ini rilis. Akhirnya, pada Rabu, 2 Maret kemarin, The Batman rilis di Indonesia.

Di film terbaru ini, karakter Batman diperankan oleh Robert Pattison, aktor yang dikenal sebagai pemeran Edward Cullen di film Twilight. Film ini sendiri digarap oleh Matt Reeves yang terkenal dengan trilogi Reboot Planet of the Apes-nya. Aktor lain yang terlibat dalam film ini yaitu Zoe Kravitz sebagai Catwoman, Paul Dano sebagai The Riddler, Collin Farrel sebagai Penguin, Jeffrey Wright sebagai Jim Gordon, dan aktor-aktor terkenal lainnya.

Film The Batman sendiri adalah film stand alone Batman yang tidak terhubung dengan DC Extended Universe (DCEU), alias film ini memiliki dunianya sendiri. Penonton tidak perlu menonton film-film Batman yang lain untuk mengerti jalan cerita The Batman. Penonton cukup mencari tahu bagaimana masa kecil Bruce Wayne (alter ego Batman) yang notabene sudah banyak diceritakan di banyak media: Orang tua Bruce Wayne dibunuh di depan matanya sendiri setelah keluar dari bioskop.

Film The Batman berbeda dengan film-film Batman sebelumnya karena seperti yang dikatakan Matt Reeves, film The Batman akan menonjolkan sisi detektifnya sebagai The Great Detective of the World dalam dunia DC. Film ini mengajak penonton untuk ikut berpikir di balik segala kekacauan Kota Gotham.

Dengan durasi hampir tiga jam, rasanya tidak sia-sia duduk selama itu melihat Batman yang berusaha memecahkan misteri yang diberikan musuhnya, The Riddler. Penonton dibawa ke dalam Kota Gotham yang menyimpan segala ketakutan di balik kemewahan kotanya. Matt Reeves benar-benar menepati perkataannya tentang sisi detektif dari Batman. Porsinya sendiri lebih banyak memperlihatkan bagaimana Batman menyelesaikan puzzle pembunuhan yang terjadi. Jadi jika Anda berekspektasi akan banyak adegan aksi seperti yang ada di film Marvel Cinematic Universe dan DC Extended Universe, maka buanglah ekspektasi itu, karena seperti yang saya bilang tadi, film ini mengajak penonton berpikir bersama Batman untuk mengungkap misteri Gotham.

Film ini sendiri memiliki unsur-unsur horor dan thriller. Bayangkan saja, setiap kriminal Gotham ketakutan kepada Batman hanya dengan melihat lambangnya saja. Batmobile sendiri dirancang berbeda dalam film ini. Di mana setiap raungannya membuat siapa saja takjub dan merinding, referensinya mengambil dari film Christie, yaitu film horor tentang mobil hantu yang membunuh siapa saja. Semua suasana itu didukung dengan scoring epik karya Michael Giacchino, walaupun terdengar repetitif di beberapa adegan, soundtrack yang diputar membuat adegan di The Batman menjadi lebih dalam dan menakjubkan. Visual yang disajikan pun sangat memanjakan mata penonton, penonton dibawa ke dalam suasana cerita seperti kekejaman Riddler, ketakutan Batman, aksi kejar-kejaran, dan lainnya. Akan tetapi, saya menyoroti beberapa teknik pengambilan gambar di film horor dipakai dalam film ini, menunjukkan Batman sebagai sebuah sosok yang ditakuti layaknya orang yang takut pada hantu, dan efek yang dihasilkan dari hal tersebut  sesuai dengan kekuatan utama Batman, yaitu memanfaatkan ketakutan target.

Saya merekomendasikan film ini bagi pembaca semua, karena selain disuguhkan kisah karakter superhero populer sekelas Batman, kita juga akan ditunjukkan bagaimana tindakan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan Kota Gotham. Semua pejabat seperti wali kota, jaksa wilayah, dan komisaris polisi terlibat dalam korupsi. Bahkan, lembaga kepolisian pun diisi banyak “tikus-tikus” yang terlibat dengan kegiatan mafia. Bayangkan saja dalam suatu institusi hampir tak ada orang yang bersih sepenuhnya. Hal itu membuat saya teringat dengan suatu negara di mana kita semua berada di dalamnya. Ya, saya jadi beranggapan kalau Gotham adalah Indonesia in nutshel, di mana lingkungan seperti itu akan melahirkan kriminal berbahaya macam Riddler, Joker, dan Penguin. Siapa tahu?

P

Penulis: Faizal Nur Alamsyah

Penyunting: Diana Yunita Sari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA