Hadir dalam Audiensi Terbuka, Pihak Rektorat Tanggapi Tuntutan Mahasiswa

Selasa (3/8), Aliansi UM Apa Kabar? yang terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa (ormawa) di Universitas Negeri Malang (UM)

audiensiterbuka
Foto: instagram um_apakabar

Selasa (3/8), Aliansi UM Apa Kabar? yang terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa (ormawa) di Universitas Negeri Malang (UM) menggelar audiensi terbuka dengan mengundang pihak rektorat. Audiensi via Zoom tersebut dihadiri oleh Mu’arifin selaku Wakil Rektor (WR) III Bidang Kemahasiswaan; Taat Setyohadi selaku Koordinator Bagian Kemahasiswaan Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, Informasi, dan Kerjasama (BAKPIK); dan jajaran pembina ormawa.

Meski disebut audiensi terbuka, Aliansi UM Apa Kabar? (selanjutnya disebut ‘aliansi’) membeberkan bahwa pihak rektorat meminta agar partisipan audiensi dibatasi. Menyiasati hal tersebut, aliansi menyiarkan jalannya audiensi secara live di YouTube  dan IGTV mereka.

Sebelumnya pada 24 Juli, aliansi—bersama mahasiswa partisipan—menggelar aksi media. Tagar #UMapakabar pun menduduki jajaran trending topic Twitter, dan telah dicuitkan lebih dari tiga ribu kali pada hari yang sama. Aksi media tersebut menyuarakan sejumlah tuntutan yang berfokus pada lima hal, yakni penurunan/pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT), bantuan paket data, vaksinasi mahasiswa, kepastian skema perkuliahan semester gasal tahun ajaran 2021/2022, dan pembentukan ormawa tingkat universitas. Meski tuntutan-tuntutan tersebut mencakup permasalahan keuangan, akademik, dan kemahasiswaan, namun audiensi hanya dihadiri oleh pihak rektorat bidang kemahasiswaan (WR III).

Trending Topic Twitter pada 24 Juli

Penurunan/Pemotongan UKT

Pada 28 Juli, UM melalui media sosialnya menyebarkan informasi penundaan/pengangsuran dan penurunan UKT yang dapat diajukan melalui helpdesk masing-masing fakultas. Namun, langkah UM tersebut kembali memicu pro-kontra karena pelayanan helpdesk fakultas dinilai tidak memuaskan. “Tahun lalu, semua mahasiswa diberikan akses mengajukan penurunan UKT di SIAKAD masing-masing. Tetapi tahun ini, harus menghubungi helpdesk. Jumlah helpdesk tidak rasional jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa. Di tiap fakultas hanya ada 1 helpdesk. Kalau kita berkaca pada perkembangan teknologi, apakah universitas belum siap, atau memang ini bentuk ketidakseriusan? Okelah jika (UKT) tidak bisa diturunkan langsung semuanya, tapi kami berharap ada kemudahan akses untuk mengajukan (penurunan UKT), jangan dipersulit.” kata Koordinator Aliansi UM Apa Kabar? sekaligus Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Donny Maulana.

Mendengar keluhan tersebut, Mu’arifin memastikan bahwa aspirasi mahasiswa terkait UKT akan ia sampaikan pada pihak rektorat bagian keuangan, mengingat yang bersangkutan tidak hadir dalam audiensi. Selain itu, persoalan UKT juga akan dibicarakan dalam rapat pimpinan (rapim) yang dihadiri oleh seluruh birokrat UM pada Rabu (4/8).

Bantuan Paket Data

Mu’arifin memastikan sebelum bantuan paket data dari pemerintah turun, seluruh mahasiswa UM akan menerima bantuan paket data dari UM. “Paket data dari pemerintah akan turun bulan September. Dan UM, akan memberi paket data sebelum PKKMB. PKKMB kita tanggal 16 Agustus. InsyaAllah tanggal 9 Agustus, paket data untuk semua mahasiswa akan diberikan.” tegasnya.

Merespon aduan soal banyaknya mahasiswa yang tidak menerima paket data pada semester lalu, Taat mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya yakni nomor mahasiswa yang tidak aktif. “Salah satunya karena nomor saudara tidak terdeteksi oleh provider. Dari sekian puluh ribu (mahasiswa), memang ada beberapa ratus (mahasiswa) yang tidak dapat (paket data). Kalau sudah begitu, kan, saya juga nggak ngerti,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai kegunaan pencantuman informasi media sosial mahasiswa di Sistem Informasi Akademik (SIAKAD), Taat mengatakan bahwa pencantuman tersebut bukanlah kewajiban dan tidak akan memengaruhi perolehan paket data. “Soal itu, PTIK UM yang mengurus. Tetapi itu memang kebebasan individu, mau punya Facebook, Twitter, Instagram … itu pilihan saudara. Kalau nggak dicantumkan, nggak akan memengaruhi perolehan paket data dan nggak dosa juga. Kalau saudara nggak mencantumkan nomor (telepon), itu baru celaka, nggak akan dapat paket data.” tegasnya.

Informasi medsos pada SIAKAD

Vaksinasi Mahasiswa

Merespon tuntutan vaksinasi, Mu’arifin mengatakan bahwa vaksinasi tidak dapat dilakukan kepada seluruh mahasiswa. “Vaksinasi juga sudah dirapatkan. Hanya saja (vaksinasi) mungkin bagi mahasiswa UM yang berada di dekat kampus dan belum divaksinasi. Kami tidak mungkin mendatangkan semua mahasiswa UM ke sini untuk vaksinasi,”

Di samping itu, Taat menambahkan bahwa ketersediaan vaksin menjadi penghalang bagi UM. “Mengenai vaksin, kenapa tidak langsung segera saja semuanya divaksin? Vaksinnya yang tidak ada (tidak mencukupi). Nanti yang diisikan (disuntikkan) apa? Tapi tetap, UM sudah mengajukan kolaborasi dengan Dinas Kesehatan (terkait vaksinasi).” imbuh Taat.

Taat Setyohadi

Kepastian Skema Perkuliahan Semester Gasal Tahun Ajaran 2021/2022

Mu’arifin mengelak pernyataan yang menyebutkan bahwa hingga kini, UM belum memberikan kejelasan skema perkuliahan semesester gasal tahun ajaran 2021/2022. “Dari mana datanya bahwa tidak ada kejelasan kuliah di semester depan? Apa Anda (aliansi) tidak membaca rilis-rilis yang ada di UM? Tolong, sebelum mengatakan tidak ada, pelajari dulu lah, buka-buka web UM, di situ akan ada arahan-arahan.”

Di sisi lain, dalam press release yang dikeluarkan aliansi pada Rabu (4/7), mereka menegaskan bahwa ‘arahan-arahan’ yang disebutkan Mu’arifin dalam audiensi adalah kepastian jadwal umum perkuliahan, bukan kepastian skema perkuliahan (daring/luring/hybrid) sebagaimana yang mereka tuntut.

Pembentukan Ormawa Tingkat Universitas

Secara pribadi, Mu’arifin menyampaikan ketidakrelaannya perihal kevakuman BEM dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) universitas. “Ketidakberadaan BEM-DPM itu saya juga nggak rela. Tapi fenomena yang kemarin itu ‘memaksa’ kita begini,”

Untuk mengupayakan agar kondisi tersebut tidak berlarut-larut, Mu’arifin meminta agar aliansi menawarkan model-model ormawa tingkat universitas yang memungkinkan untuk segera dibentuk. Menyambut permintaan Mu’arifin, Ketua BEM Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yakni M. Thobibi Alifani, memberikan opsi. “Mungkin bisa dibentuk koordinator tingkat universitas. Koordinator ini diambil dari perwakilan ormawa-ormawa yang ada di UM. Dan meski masa tugasnya hanya enam bulan ke depan, perlu ada SK resmi.” usulnya.

Senada dengan Alifani, Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (DMFEB) yakni Aldian Dewanda Azharie, mengusulkan agar dipilih perwakilan dari masing-masing ormawa fakultas untuk menjadi koordinator mahasiswa tingkat universitas. “Supaya ketika ada suatu permasalahan, ada suara dari masing-masing fakultas.” kata Aldian.

Terkait kevakuman BEM dan DPM universitas, Mu’arifin mengaku bahwa dirinya sejatinya telah memiliki solusi. Namun, ia menginginkan agar solusi terlebih dahulu datang dari mahasiswa. “Jangan ada semacam hipotesis bahwa kami ini memberangus (organisasi) Anda, ya. Pemecahan masalah sudah ada di otak saya. Tapi saya nggak mau otoriter. Saya beri kesempatan saudara untuk memikirkan soal itu. Kalau saya menggunakan mekanisme ormawa, selesai. Tetapi malah kami (rektorat) yang aktif menyelesaikan ini. Kami nggak suka itu. Kami ini motivator dan fasilitator. Anda semua inilah aktornya, bukan kami.” terang Mu’arifin.

Dibandingkan empat tuntutan lainnya, pembentukan ormawa tingkat universitas menjadi poin yang lebih banyak diungkit dalam audiensi. Meski begitu, hingga audiensi berakhir, belum ditemukan titik terang soal model ormawa tingkat universitas seperti apa yang akan dibentuk.

Mu’arifin

Lebih lanjut, Mu’arifin menyayangkan aliansi yang kerap subjektif dalam memaparkan tuntutan-tuntutannya. Ia meminta agar aliansi menyajikan argumentasi yang kuat. “Jikalau nanti ada pertemuan baru, saya mohon dengan hormat kepada adik-adik, siapkan argumentasinya yang kuat, didukung oleh bukti-bukti teoretis maupun yuridis yang kuat, gitu, lo. Sehingga usulan-usulan Anda tidak gampang dipecahkan,” pinta Mu’arifin.

“Kemudian, ojo kakehan wacana. Kalau Anda mau bertemu lagi, kapan? Kami siapkan lagi forum seperti ini. Tapi tolong, masing-masing dari kita sudah punya … apa, ya … semacam modal, sehingga opini Anda kuat. Bukan malah menimbulkan perdebatan yang tidak logis dan sebagainya.” pungkasnya. (avf//yus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA