MALANG, Siarpersma – SDN Tawangargo 02 di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, pada Sabtu (5/10) digemparkan dengan adanya keracunan yang dialami sejumlah siswa. Keracunan ini mengakibatkan 30 siswa/i muntah-muntah, pusing, dan pingsan.
Menurut penuturan salah satu guru matapelajaran agama yang kerap disapa Pak Min di SD tersebut, tersangka bernama WS berasal dari Kota Malang tepatnya Jalan Manyar. WS mulai memasuki SD sekitar jam 08.00 WIB. Adanya salah satu gedung sekolah yang sedang direnovasi, membuat pelaku lebih mudah untuk memasuki lingkungan sekolah. Padahal ada peraturan dari pihak paguyuban yang menyatakan bahwa penjual dari luar tidak diperbolehkan untuk berjualan di dalam sekolah.
“Hari ini istirahat dilakukan secara bergilir mulai dari jam 09.30 WIB. Anak-anak kemudian membeli puding cokelat dari penjual itu dengan harga per porsinya yaitu Rp 2.000,00. Sekitar jam 09.40 WIB, Fadil mulai melapor kepada saya habis muntah-muntah setelah memakan puding tersebut. Kemudian disusul oleh siswa-siswi lain yang mengalami hal serupa,” terang Min.
“Yang paling parah tadi itu Nizam, dia sampai pingsan. Kalau yang lainnya itu tadi pusing sama muntah-muntah,” ungkap seorang guru kelas 1 bernama Ali. Salah satu guru pada saat kejadian tersebut menghubungi dan mendatangi setiap wali murid dari siswa yang mengalami keracunan. WS bahkan sempat diamuk warga. Motor beserta rombong jualannya akan dibakar warga yang emosi. Namun, dengan dalih masih berada di ruang lingkup sekolah, warga dapat ditenangkan dan kebijakan menjadi tanggung jawab pihak sekolah serta aparat berwajib. WS pun diamankan di ruang kepala sekolah.
Korban dibawa ke Puskesmas Karangploso dan sebagian ke Puskesmas Ngijo menggunakan ambulans untuk segera mendapatkan pertolongan pada jam 10.15 WIB. Pada jam 10.30 WIB, Kapolres Karangploso datang ke sekolah untuk mengamankan WS dari amukan warga. WS dibawa ke Kantor Polisi Sektor Karangploso beserta barang bukti pada jam 11.30 WIB.
“Tadi anak saya tidak mau mengakui kalau sempet makan puding beracun itu waktu masih di sekolah. Saat di rumah matanya merah dan mual-mual, lalu saya tanya lagi lagi sempat makan apa enggak, lalu dia bilang cuma sedikit. Saya langsung bawa dia ke Puskesmas Karangploso agar segera mendapatkan penanganan karena saya sangat khawatir nanti terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,” ungkap salah satu wali murid dari korban keracunan yang tidak mau disebutkan namanya.
Sementara itu, ada siswa yang menyadari kejanggalan rasa dari puding cokelat yang WS jual sejak awal. Namun, ia tetap membeli karena terpengaruh teman yang bahkan rela menghabiskan Rp.12.000,- untuk jajanan itu. “Kalau menurutku rasanya itu agak aneh, jadinya aku buang tadi. Sebenarnya aku juga merasa sedikit pusing, tapi takut bilang ke guru maupun ke ayah sama ibuku. Sampai rumah aku mual-mual, terus sama orang tuaku dibawa ke puskesmas,” tutur Adit, siswa kelas 6. (hzh//rak)