Pemilihan Umum Raya (Pemira) Universitas Negeri Malang (UM) 2021 digelar secara online hari ini (8/12). Mahasiswa aktif UM dapat melakukan e-vote pada pukul 07.00—16.00 WIB melalui situs web Pemira. Di tingkat universitas, mahasiswa dapat memilih calon pimpinan Organisasi Pemerintahan Mahasiswa (OPM), yakni ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM 2022, serta senator Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UM 2022.
Koordinator Administrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) UM 2021, Novilia Eka Putri, mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan sistem antara Pemira tahun ini dengan tahun sebelumnya. “Sistemnya seperti tahun lalu … yang dapat memilih angkatan 2015—2021, dibatasi pukul 07.00—16.00. Di luar (jam) itu tidak bisa nge-vote.” jelas Putri ketika dihubungi via telepon, kemarin (7/12). Lebih lanjut, Putri mengatakan bahwa saksi penghitungan suara berasal dari tim sukses masing-masing paslon. Jika sesuai rencana, hasil Pemira akan diumumkan pukul 17.30 WIB hari ini. Meski begitu, akan ada mediasi pada esok hari yang melibatkan KPU, Panitia Pengawas (Panwas), paslon, dan tim sukses.
Setahun lalu, hasil Pemira UM 2020 dibatalkan oleh universitas karena penyelenggaraan Pemira yang dinilai tidak efektif. Permasalahan server situs web Pemira membuat banyak mahasiswa tidak dapat melakukan e-vote. Hal ini kemudian berujung pada sengketa hasil. Akibatnya, OPM di tingkat universitas seperti BEM dan DPM tidak terbentuk. Kegagalan Pemira UM 2020 dan ketiadaan OPM tingkat universitas selama setahun terakhir membuat tak sedikit mahasiswa yang meragukan kinerja KPU UM 2021. Menyikapi hal ini, Putri mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja sesuai aturan yang ada dan berusaha menyukseskan Pemira. “Kami selalu melakukan transparansi data dan menunjukkan kinerja kami, bahwa kami turut andil menyukseskan Pemira. Kami bekerja sesuai aturan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau gagalnya Pemira seperti tahun lalu. Untuk mengatasi sengketa hasil, kami juga, kan, sudah membuka form aspirasi dan gugatan itu, dan kami akan langsung menanggapi, lah, intinya.”
Di sisi lain, mahasiswa Sastra Indonesia UM, Akmal*, mengaku enggan mengikuti jalannya Pemira. “Karena aku merasa nggak ada bedanya antara ada BEM atau nggak, jadi aku nggak ngikutin (Pemira). Kalau ada pemilihan gitu yang penting selesai aja, deh … silakan pilih siapa aja. Aku nggak merasakan perubahan di UM (karena BEM).” ungkapnya kemarin (7/12) via WhatsApp. Akmal memandang, perpolitikan kampus didominasi oleh kepentingan pribadi para calon pimpinan OPM. “Kebanyakan mereka (calon pimpinan OPM) bukan tulus memperbaiki kampus, tapi ngejar keren, gelar, kedudukan … atau buat memenuhi catatan prestasi, buat cari kerja …. Jadi biarlah mereka senang-senang sendiri,” pungkas Akmal.
Kurangnya minat mahasiswa UM terhadap Pemira rupanya disadari oleh Putri. Namun, ia menilai di tahun ini, kondisi tersebut berangsur membaik. “KPU mendapat amanah dari WR III untuk meramaikan Pemira ini, karena sebenarnya tingkat ketertarikan mahasiswa UM ke Pemira itu sangat sedikit, kan …. Tapi saya lihat dari (masa) kampanye kemarin, sudah mulai banyak yang tertarik meramaikan Pemira, jika dilihat dari kampanye yang memanas antarpaslon.” kata Putri. Dalam Pemira UM 2021 ini, ia berharap mahasiswa UM tidak golput. (avf//yus)
P
*Nama narasumber bukan nama sebenarnya.