Malang — Selasa (8/3), dalam rangka memperingati International Women’s Day (IWD), massa Aliansi Pejuang Kesetaraan Gender Malang Raya (Setara) melakukan demonstrasi di depan Balai Kota Malang pada pukul 15.00 WIB. Bersama 18 organisasi lain yang terlibat, Aliansi Setara membeberkan 14 tuntutan International Women’s Day kepada pemerintah, dengan grand issue atau masalah pokok yang diangkat yakni “Wujudkan Kesetaraan Gender: Sahkan RUU PKS dan Wujudkan Acces to Justice terhadap Perempuan”.
Dalam sejarahnya, Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) sendiri pertama kali diperingati pada 1911. Hal tersebut bermula pada 1908, ketika kerusuhan besar dan perdebatan kritis terjadi di kalangan perempuan. Hal tersebut dipicu oleh penindasan, ketidaksetaraan, serta pembatasan kebebasan berekspresi perempuan. Usai perdebatan panjang, pada 1975 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meresmikan Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret.
Aksi yang dilakukan oleh Aliansi Setara di depan Balai Kota Malang dilatarbelakangi oleh keresahan-keresahan organisasi di Malang Raya terkait permasalahan kesetaraan gender yang terjadi akhir-akhir ini. Hal tersebut dikatakan oleh Dyah Kemala, Koordinator Lapangan (Korlap) aksi. “Yang melatarbelakangi aksi ini yakni keresahan-keresahan dari tiap organisasi yang ada di Malang Raya. Bahwa kita yakin, bahwa kita mengamini bahwasannya kita semua menuntut adanya kesetaraan gender dan keadilan untuk perempuan,” serunya.
14 tuntutan yang Aliansi Setara suarakan dalam aksi ini adalah: (1) Mendesak DPR RI untuk mengembalikan dan melakukan pembahasan terhadap RUU PKS; (2) Menuntut pemerintah untuk melakukan pengawalan terhadap instansi perguruan tinggi dalam penerapan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2021; (3) Mengesahkan RUU Masyarakat Adat yang berorientasi pada perlindungan terhadap perempuan dari kekerasan seksual; (4) Mendorong segera pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga; (5) Ratifikasi Konvensi International Labour 5 Organization (ILO) No. 190 Tahun 2019; (6) Mewujudkan fasilitas layanan kesehatan dan bebas diskriminasi pada korban NAPZA ODHA, perempuan, difabel dan kelompok marjinal lainnya; (7) Menghentikan kriminalisasi aktivis buruh perempuan; (8) menuntut aparat tidak bersikap apatis dan menyalahkan korban kekerasan seksual serta mengusut Trafficking; (9) Menolak perkawinan anak dibawah umur dan kekerasan seksual terhadap anak; (10) Mendesak pemerintah memberikan perlindungan terhadap hak hak perempuan buruh migran; (11) Menghentikan stereotip masyarakat bias gender dalam ranah publik dan privat; (12) Mendesak pemerintah untuk memberikan ruang terbuka dan perluasan kesempatan dalam pendidikan dan pekerjaan yang sama; (13) Menghentikan praktik Mutilation (FGM); serta (14) Mengimbau pers untuk membuat isi berita yang ramah gender serta hentikan komoditas perempuan dalam bentuk apapun.
Di antara sekian tuntutan di atas, Aliansi Setara menekankan pentingnya kesetaraan gender dan keadilan bagi perempuan, serta mendesak pengesahan RUU PKS yang tak kunjung terwujud sejak lama. Aliansi Setara mengklaim diri mereka akan hadir bukan hanya saat momen International Women Day’s, tetapi juga fokus menyikapi isu-isu keperempuanan lain untuk kedepannya.
Dyah juga menambahkan, harapan untuk aksi yang mereka lakukan dapat didengar dan memberikan keadilan bagi perempuan. “Diharapkan mulai detik ini kita harus bisa menyuarakan dan bisa memberikan keadilan bagi para perempuan. Suara-suara kami diharapkan juga memang harus didengar. Oleh seluruh masyarakat, terkhususnya masyarakat yang ada di Malang Raya.”
Tidak hanya aksi demonstrasi di depan Balai Kota, Aliansi Setara juga menggalakkan peringatan International Women Day’s di media sosial. “Di instagram kami juga akan melakukan edukasi, melakukan pencerdasan-pencerdasan kepada seluruh masyarakat karena memang tidak bisa kami lakukan setiap hari untuk aksi. Kami akan melakukan propaganda-propaganda yang berkelanjutan dalam media sosial.” lanjut Dyah.
Melalui serangkaian aksi ini, Aliansi Setara mengharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menegakkan keadilan bagi perempuan. Isu-isu ketidakadilan terhadap perempuan harus dikawal tuntas. “Posisi perempuan memiliki peran yang penting, memiliki kedudukan yang penting. Tentunya perempuan juga bisa setara dengan laki-laki. Kita (perempuan) tidak boleh menjadi kaum yang termarjinalkan. Tetapi, kita juga harus bisa mendapatkan ruang dan juga kesempatan yang sama (dengan laki-laki).” tuntas Dyah.
p
Penulis: Soom Mayvelyne T. A.
Penyunting: Diana Yunita Sari