Kurikulum Baru, UM Terapkan Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kehidupan

Universitas Negeri Malang (UM) resmi mengenalkan pendidikan karakter “Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kehidupan” untuk mahasiswa baru (maba) tahun ajaran

Dokumentasi/LPM Siar

Universitas Negeri Malang (UM) resmi mengenalkan pendidikan karakter “Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kehidupan” untuk mahasiswa baru (maba) tahun ajaran 2018/2019. Sistem pendidikan yang jarang ditemui ini berangkat dari keinginan untuk membentuk mahasiswa dengan memberikan pandangan akan permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia. “Kurikulum berbasis kehidupan itu ya pokoknya kita belajar dari contoh kasus nyata yang terjadi di masyarakat,” ujar Budi Eko Soetjipto, Wakil Rektor I (WR I) UM, pada Kamis (09/08).

Ia juga memberikan beberapa gambaran seputar harapannya pada Kurikulum Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kehidupan nanti. “Misalnya kalau orang politik, belajar komunikasi politik ya misalkan, contohnya ya bagaimana negosiasi antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan pemerintah dalam menghasilkan keputusan untuk menyelesaikan konflik,” tutur pria kelahiran Malang itu.

Budi menambahkan, “Nantinya permasalahan semacam itu kita angkat ke kelas dan akan dibahas.”

WR I mengungkapkan bahwasanya peran dosen dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan, minimal 90% tenaga pendidik yang ada di UM diharapkan dapat memahami struktur kurikulum tersebut.

“Untuk sosialisasi sih sudah diadakan berkali-kali, baik di tingkat universitas, di masing-masing fakultas, ataupun di masing-masing prodi. Nanti kampus menerapkan transdiscipliner yang mana mahasiswa boleh mengambil maksimal 30 Satuan Kredit Semester (SKS) diluar prodinya. Bisa di lintas prodi, lintas jurusan, lintas fakultas, lintas universitas,” ujar mantan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UM itu.

Sebelumnya, Budi mengungkapkan impiannya agar UM dapat menyusun Kurikulum Standar Nasionalnya sendiri dalam universitas. “Ini pertama kalinya kita bisa menyusun Kurikulum Standar Nasional Universitas. Bukan lagi prodi. Dalam satu fakultas saja, prodi satu dengan lainnya saja sudah beda. Sekarang tidak boleh. Inilah bentuk penerapan kurikulum  pengembangan pembelajaran berbasis kehidupan.”

Selain itu, pria kelahiran 1964 itu juga menyampaikan, “Awal yang punya gagasan atau ide itu banyak. Tapi yang saya tahu sih, Prof. Hariyono mantan Wakil Rektor I UM.”

WR I UM ini juga menjelaskan bahwasanya pembentukan karakter nantinya akan sangat membantu. Misalnya, mahasiswa Tata Boga dapat mengambil mata kuliah Manajemen Pemasaran untuk memperkuat bekalnya dalam promosi, planing, penempatan product, dan menghasilkan price yang sesuai. Hal itu berlaku untuk semua mata kuliah yang dijalani mahasiswa asalkan mata kuliah yang dipilihnya sesuai dengan prosedur dan pembentukan dirinya dalam dunia nyata.

Seluruh Prodi di UM yang berjumlah 58 akan melakukan penerapan kurikulum tersebut. Namun, hal itu masih disosialisasikan pada Maba 2018/2019 saja. Mahasiswa lama masih berpedoman dengan kurikulum yang lama. “Ya, kan ini baru pertama. Belum jelas kekurangannya di mana, tapi yang jelas ya kira-kira 90% dosen sudah memahami dulu,” jelas Budi. (kvn//aqb)

 

2 Responses

    1. Terimakasih telah menggunakan hak koreksi Bapak. Tulisan dengan judul “Kurikulum Baru, UM Terapkan Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kehidupan” telah kami koreksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA