Eksploitasi Alam Harus Dicegah Oleh Akademisi

Acara diskusi publik “Penguasaan Sumber Daya Alam dalam Cengkraman Oligarki dan Rezim Neoliberal” digelar di Laboratorium Sosiologi Universitas

Dokumentasi/LPM Siar

Acara diskusi publik “Penguasaan Sumber Daya Alam dalam Cengkraman Oligarki dan Rezim Neoliberal” digelar di Laboratorium Sosiologi Universitas Negeri Malang (UM). Penggagas acara ini adalah Intrans Institute yang bekerja sama dengan Jurusan Sosiologi UM. Diskusi yang dilakukan pada Kamis, (9/11) pukul 10.00 WIB ini terlihat berbeda dari diskusi-diskusi pada umumnya, karena suguhan yang dihidangkan bukan snack, seperti makaroni pedas, akan tetapi makanan-makanan tradisional, seperti kacang tanah, jagung, dan ubi yang kini sudah mulai ditinggalkan masyarakat.

Kasus-kasus yang berkaitan dengan masalah ekologi semakin sering terjadi di Indonesia. Kasus tersebut sering terdengar di telinga masyarakat, seperti kejadian kriminalisasi pejuang lingkungan, terbunuhnya Salim Kancil di Lumajang, krisis air di Lumbang Pasuruan, tambang emas tumpang Pitu Banyuwangi, tambang pasir di Pantai Wonogoro Malang, lumpur lapindo di Sidoarjo, tambang pasir di sungai Degeuwo Jayapura, dan masih banyak lagi. Permasalahan-permasalahan tersebut dipicu oleh program-program pemerintah dan swasta yang tidak mengindahkan hukum serta mengabaikan analisis dampak yang akan terjadi.

Eksploitasi alam yang berlebihan akan mengancam keseimbangan ekosistem dan pastinya membawa dampak buruk bagi manusia.  Eko Cahyono mengatakan, “Gara-gara tambang ilegal sungai Degeuwo menurut kajian yang kami lakukan, ada empat puluh orang terdaftar terkena HIV/AIDS,” ujar pria dari Sajogyo Institute tersebut. Saat ditanya tentang penyebabnya, ia menjelaskan bahwa pengusaha tambang ilegal tersebut membawa perempuan-perempuan eks-Dolly. Perempuan-perempuan tersebut diberikan secara gratis kepada masyarakat lokal sebagai upaya peredaman konflik.

Salah satu peserta bernama Lutfi, Dosen Sosiologi Universitas Brawijaya (UB) mengatakan bahwa pola penjinakan warga yang terkena efek buruk eksploitasi alam, seringkali diredam dengan cara memberikan bantuan-bantuan berupa uang dan material sehingga masyarakat akan termanipulasi dan terkonsentrasi melihat kasus eksploitasi alam hanya sebatas permasalah ekonomi. Masyarakat berupaya dijauhkan dari permasalahan-permasalahan kompleks lainnya, seperti hilangnya budaya, degradasi moral sosial, dan lain-lain.

Acara diskusi tersebut merupakan bagian dari agenda peluncuran Jurnal Transisi yang diterbitkan Intrans Institute. Melalui diskusi ini dapat ditarik poin-poin penting yang dapat dilakukan oleh masyarakat, terutama akademisi dalam mencegah atau melawan eksploitasi alam. Upaya tersebut, yaitu dengan menulis, membangun gerakan sosial, mengedukasi masyarakat, dan melakukan aksi-aksi solutif. (ug/bia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA