Senin (14/2), Universitas Negeri Malang (UM) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 14.2.9/UN32.III/KM/2022 tentang Penundaan Pelaksanaan Wisuda Ke-110 Tahun 2022. Surat tersebut menyinggung soal meningkatnya perkembangan kasus positif Covid-19 di Malang selama sebulan terakhir. Oleh sebab itu, UM memutuskan untuk menunda pelaksanaan Wisuda Periode 110 sampai dengan adanya informasi lebih lanjut.
Wisuda ke-110 yang seharusnya digelar pada 19 Februari 2022 pun batal. Jika sesuai rencana, wisuda tersebut kemungkinan besar akan diadakan secara luring. Karena kasus positif Covid-19 yang meningkat, UM perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan wisuda secara daring. Pasca mendapat informasi penundaan, tak sedikit calon wisudawan yang kaget dan bingung. Pasalnya, informasi tersebut dinilai mendadak dan tidak tersebar merata. Hal ini disampaikan oleh mahasiswa Psikologi UM sekaligus calon wisudawan, Nabilah Maghfirah. “Awalnya kaget, ya, karena kalau di fakultas saya baru diinfokan hari Senin pagi di minggu ini. Tapi dari Minggu malam, ada informasi kalau di fakultas lain sudah dapat info tersebut.” ujarnya kemarin (19/2) via WhatsApp.
UM sebetulnya telah menyiapkan beberapa rencana untuk menggelar wisuda. Rencana pertama yakni menghadirkan seluruh wisudawan, tanpa orang tua. Rencana kedua, menggelar wisuda luring secara bertahap pada Jum’at dan Sabtu. Rencana terakhir, menggelar wisuda daring. Wakil Rektor III UM, Mu’arifin, mengungkapkan bahwa wisuda ke-110 tidak bisa dilaksanakan secara luring. “Berdasarkan semua pertimbangan (memang) seperti itu. Rapat pimpinan memutuskan memang tidak bisa (luring), harus daring. (dan) Persiapan daring tidak bisa dilakukan satu atau dua minggu.” ungkapnya ketika dihubungi Jum’at (18/2) via Google Meet.
Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UM sekaligus calon wisudawan, Dina Zahrotul, menyayangkan penundaan tersebut karena dirinya telah mempersiapkan banyak hal. “Karena pengumumannya mendadak, kan, baru Senin ini diumumkan kalo ditunda, jadi sayang aja, gitu, karena udah banyak yang dipersiapkan.” keluhnya kemarin (19/2) via WhatsApp.
Menanggapi reaksi dan keluhan calon wisudawan, Mu’arifin mengaku tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Dirinya telah mendengar respon mahasiswa yang disampaikan dalam rapim. “Mahasiswa pasti kecewa, dan kami memaklumi karena wisuda ini merupakan sesuatu yang monumental. Kami sudah mendengar protes dan aspirasi (mahasiswa) yang disampaikan melalui rapim. Kami mendengar semuanya.” tuturnya.
Sebagai solusi dari ditundanya wisuda, UM membolehkan calon wisudawan mengambil ijazah di fakultas masing-masing sesuai waktu yang dijadwalkan dengan menerapkan protokol kesehatan. Meski begitu, calon wisudawan berharap agar ke depannya, UM lebih siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. “Harapannya, sih, mungkin dibuat banyak opsi (sejak) jauh hari dan dibuat urutan prioritas, karena situasi sekarang benar-benar tidak bisa ditebak. Sehingga kalau ada situasi sejenis, sudah terdapat opsi yang bisa (langsung) digunakan. Jadi informasinya tidak terlalu mepet.” tukas Nabilah.
Sementara itu, Dina menyarankan agar wisuda digelar secara daring. ”Sampai kasus covid (Covid-19) ini belum membaik, sebenarnya lebih baik kalau sudah wisuda masih dilaksanakan online. Kalau misalkan (wisuda) offline, kan, bisa jadi ada kenaikan kasus.” prediksinya.
p
Penulis, Reporter: Salsabila F. Rahmah; Syafara Anggita R.
Penyunting: Diana Yunita Sari