Malang (18/6), Extinction Rebellion Jawa Timur (Xrebellion Jatim) menggelar Malang Art Festival yang berlokasi di Meeting Coffee, Malang. Mengusung tema “Pedih Pertiwi”, acara ini menghadirkan karya seni dari berbagai bentuk dan media yang merepresentasikan tema tersebut.
Menurut Rafaela Xaviera, panitia Malang Art Festival, tema “Pedih Pertiwi” diambil karena memiliki makna menggambarkan kesedihan ibu pertiwi atas kerusakan relasi antara alam dengan manusia, sehingga tidak ada lagi keseimbangan antarkeduanya. “Jadi temanya ‘Pedih Pertiwi’ harapannya itu semuanya sadar kalau misalkan lingkungan kita rusak, pada akhirnya juga berdampak pada manusia. Makanya ini ada karya Kita Bergantung Lingkungan, Lingkungan Bergantung Kita.” ujar Rafaela sambil menjelaskan arti sebuah karya berupa gantungan baju di tembok.
Sebelumnya, acara serupa juga pernah digelar di Jakarta oleh Extinction Rebellion Indonesia berupa Mini Art Exhibition. Dengan penyelenggara yang berbeda, Xrebellion Jatim membuat agenda kedua dengan kegiatan yang sama yakni festival seni untuk mengampanyekan darurat iklim melalui karya seni. Di Jawa Timur, acara ini digelar untuk pertama kalinya. “Acara seperti ini pernah dilakukan, tapi di Jakarta oleh Extinction Rebellion Indonesia, itu koordinator nasionalnya.” kata Rafaela.
Xrebellion Jatim merupakan komunitas sekaligus pergerakan yang peduli pada darurat iklim di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Karena gerakan ini merupakan gerakan partisipasi—bukan organisasi, maka siapa pun boleh mengatasnamakan dirinya sebagai bagian dari Extinction Rebellion, selagi memiliki prinsip, nilai, dan tuntutan yang sama.
Melalui Malang Art Festival, Xrebellion Jatim ingin menyampaikan kepada siapa saja bahwa krisis lingkungan sudah parah dan ada di depan mata. “Kita temen-temen Xrebellion percaya kalau krisis iklim itu krisis kemanusiaan, karena dampaknya bukan hanya ke lingkungan aja, tapi juga ke ekonomi dan sosial.” tambah Rafaela.
Xrebellion Jatim berharap, seni sebagai media komunikasi dapat menyampaikan persoalan krisis iklim kepada pengunjung Malang Art Festival yang datang dari berbagai kalangan, tidak hanya seniman dan aktivis, tetapi juga masyarakat awam. (agl//mta)