Jumat (21/2) Paguyuban Duta Kampus Universitas Negeri Malang (Paduka UM) menyelenggarakan kegiatan penukaran sampah botol plastik. Kegiatan ini merupakan salah satu dari serangkaian program kerja Paduka UM dalam memperingati Hari Sampah Nasional. Program tersebut bernama #PADUKAUMCHALLANGE 5 Hari Menggunakan Tumbler. Paduka UM menerima penukaran sampah botol tersebut mulai dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Mahasiswa melakukan penukaran sampah botol plastik sebanyak 15 buah minimal dengan tumbler UM untuk lima orang penukar tercepat. Sementara mahasiswa yang belum beruntung mendapatkan merchandise UM seperti Majalah Komunikasi UM, gantungan kunci UM dan bolpoin UM.
Kegiatan ini merupakan program kerja baru dari Paduka UM dan nantinya setelah dilakukan evaluasi akan diputuskan akan diadakan ulang atau tidak pada tahun berikutnya. Ikhsan Hanggowo Jatmiko, selaku Ketua Pelaksana kegiatan ini menuturkan bahwa selain untuk memperingati Hari Sampah Nasional mereka juga berniat untuk mengajak mahasiswa UM menggunakan tumbler daripada botol plastik.
Menurut Choiron Galoh Mega Putra, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), menuturkan bahwa Hari Sampah selain diperingati tetapi juga perlu diadakan edukasi mengenai dampak sampah terhadap lingkungan. Selama ini sampah masih dianggap sepele padahal dampak yang ditimbulkan akan berjangka panjang dan jika dibiarkan akan menjadi masalah serius. Sehingga perlu adanya gerakan nyata untuk mengatasi masalah sampah dengan melakukan pengawasan dari berbagai pihak terkait. Choiron juga berpendapat bahwa untuk saat ini yang terpenting adalah menumbuhkan rasa cinta lingkungan kepada masyarakat yang merupakan pelaku utama dalam pencemaran lingkungan.
Program kerja yang dilakukan dengan bekerja sama dengan Humas UM ini memang pada awalnya diperkirakan kurang diminati sehingga Paduka UM mematok minimal botol yang ditukar sebanyak 15 buah. Namun seiring berjalannya waktu ternyata antusias yang didapat cukup memuaskan. “Bahkan ada yang membawa satu kardus, kami tidak menyangka seperti ini,” tutur Ikhsan. Ketika reporter Siar menanyakan akan dibawa kemana botol-botol yang telah terkumpul itu, ia menjelaskan bahwa botol-botol tersebut akan dibawa ke penampungan botol Bank Sampah Kota Malang
Sebagai wujud kepedulian UM terhadap lingkungan, Faul Hidayatunnafiq, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Rumah Tangga Biro Umum dan Keuangan (BUK), dalam wawancara yang dilakukan oleh reporter Siar pada Senin (17/02) menyatakan bahwa UM sudah mulai ke arah Green Campus. Hal tersebut dapat dilihat dari pemasangan air siap minum di beberapa fakultas. “Kita sudah mulai ke arah plasticless, meminimalkan penggunaan botol sekali pakai.” tegasnya. Faul juga menerima dengan terbuka apabila ada mahasiswa yang memiliki ide-ide inovatif terkait dengan Green Campus ini.
Menanggapi Kampus UM yang mulai bergerak ke arah Green Campus, narasumber yang didapatkan reporter Siar memberikan dukungan terhadapnya. Ikhsan yang merupakan mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) berpendapat jika saat ini UM sudah termasuk ke arah Green Campus jika dibandingkan dengan kampus-kampus lain. Menurutnya, banyaknya pepohonan dan tanaman-tanaman hijau dan lahan kosong yang ditumbuhi tanaman menjadi salah satu indikator UM dapat disebut sebagai Green Campus.
Sultan Rafi Arizandy, salah satu partisipan mahasiswa dari FEB, juga memberikan dukungannya terhadap Green Campus ini. Menurutnya, sudah menjadi keharusan Green Campus dilakukan. Kampus-kampus besar sudah banyak yang telah melakukan, tidak ada salahnya untuk memulai dengan hal terkecil seperti mengurangi pemakaian sampah plastik di UM. Dengan menukarkan sampah plastik dengan tumbler inilah diharapkan dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan. Dengan mahasiswa menggunakan tumbler, maka mereka sudah berpartisipasi dalam mengurangi penggunaan plastik botol.
Sementara itu, Choiron, mahasiswa Jurusan Biologi yang memilih konsentrasi belajar Lingkungan tersebut memberikan dukungannya terhadap Green Campus dengan pendapat yang berbeda. Menurutnya, Green Campus saat ini hanya menjadi slogan belaka. Pada kenyataannya gedung lebih subur daripada pepohonan. Pohon-pohon yang belum cukup besar dan lebat menjadi korban peremajaan pohon yang salah sasaran.
Choiron mengaku sudah merasakan imbas dari pergantian pohon menjadi gedung. Selain suhu menjadi panas, jumlah burung yang biasa ia amati pada saat kegiatan kelompok studi pengamatan burung liar Malang Eyes Lapwing (MEL) menjadi berkurang. Dalam opini berjudul Pembangunan Gedung Terhenti, Semoga Lahan Hijau FMIPA Tidak Sia-Sia yang dimuat dalam Buletin Siar edisi April 2018 juga memuat fakta bahwa pembagunan gedung (yang sekarang menjadi calon gedung kuliah bersama UM) telah mengorbankan sekitar 30%-40% dari lahan hijau FMIPA.
Sebetulnya, himbauan untuk sadar terhadap pentingnya melestarikan lingkungan sudah ada pada lambang UM., yaitu pada elemen yang berwujud lingkaran yang bermakna UM mengantisipasi perkembangan global dan elemen yang berwujud pohon (kalpataru) warna hijau yang melambangkan kesadaran pentingnya wawasan kelestarian lingkungan hidup dalam penerapan IPTEK. Penjelasan ini dapat dibaca pada Katalog Universitas Negeri Malang Edisi 2019 yang dapat diakses dengan mudah di internet.
Penulis: Suti Mega Nur Azizah
Penyunting : Mita Berliana