Sebagai reaksi dari dampak pandemi Covid-19 terhadap mahasiswa dan tidak adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas, Aliansi UM Apa Kabar? yang terdiri dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Fakultas se-Universitas Negeri Malang (UM)—kecuali ormawa Fakultas Sastra—menggelar konsolidasi pada Kamis malam (22/7).
Dalam konsolidasi yang terbuka bagi seluruh mahasiswa UM tersebut, Aliansi UM Apa Kabar? menyosialisasikan rekomendasi kebijakan yang memuat 10 (sepuluh) tuntutan bagi kampus, yakni penurunan/pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi seluruh mahasiswa; penghapusan/pemotongan UKT bagi mahasiswa skripsi; peninjauan ulang penetapan UKT; pengadaan vaksinasi massal; pemberian bantuan paket data; pembentukan organisasi mahasiswa resmi tingkat universitas; kepastian skema perkuliahan semester gasal tahun ajaran 2021/2022; penetapan standarisasi perkuliahan; pertimbangan perkuliahan hybrid; serta perbaikan sistem perkuliahan dan pemberian sanksi bagi dosen yang tidak profesional.
Sebelumnya, Aliansi UM Apa Kabar? telah menyebarkan angket kepada mahasiswa UM dalam kurun waktu 28—30 Juni (Baca: Tak Kunjung Ada Kepastian Sistem Perkuliahan, Aliansi Ormawa Fakultas Se-UM Susun Rekomendasi Kebijakan untuk Rektorat). Angket yang lebih fokus pada skema perkuliahan (daring/luring) tersebut dinilai belum cukup untuk menyusun rekomendasi kebijakan, sehingga dibukalah angket kedua pada Kamis (22/7). Angket kedua tersebut fokus ke empat permasalahan, yakni UKT, bantuan paket data, vaksinasi, dan seberapa pentingnya kehadiran organisasi mahasiswa resmi tingkat universitas. Selain angket kedua, rekomendasi kebijakan untuk rektorat juga akan diperkuat oleh konsolidasi yang telah digelar. “Apa yang didiskusikan dalam konsolidasi malam ini akan dibuat lampiran-lampiran tambahan.” ujar Donny Maulana, Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial (FIS) sekaligus koordinator Aliansi UM Apa Kabar?.
Aliansi menyadari bahwa perkuliahan semester gasal tahun ajaran 2021/2022 kemungkinan besar akan dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu, UM dituntut untuk mencukupi kebutuhan mahasiswa selama perkuliahan daring berlangsung. “Oke, daring, nggak papa, tapi kebutuhan mahasiswa monggo dicukupi. Terkait UKT, vaksinasi, kuota, dan sebagainya.” kata Donny.
Dalam Aliansi UM Apa Kabar?, terdapat tiga tim yakni tim kajian, tim propaganda, dan tim media. Menurut Donny, pihaknya mengalami sejumlah kendala sehingga propaganda aliansi belum terlalu masif. “Di awal kami sebar propaganda, kami nggak bisa nge-tag akun-akun lain. Selama dua hari benar-benar nggak bisa. Bahkan akun kami sampai dapat peringatan dari instagram. Entah kami di-report UM atau apa, ya … Saya sampaikan ke tim, ‘Ini akun kita udah ada yang meretas, bahkan saat interaksi dengan teman-teman mahasiswa masih minim,’,” ungkapnya.
Ketika ditanya apakah Aliansi UM Apa Kabar? memberikan jaminan keamanan bagi mahasiswa yang menyuarakan tuntutan, Donny mengatakan, “Sebagai perwakilan (aliansi), saya siap pasang badan selama pergerakan yang kita lakukan berdasarkan data. Makanya dari awal kami sampaikan bahwa tuntutan ini adalah hasil dari jajak pendapat ke mahasiswa. Pun kalau teman-teman melihat konten kami di instagram, itu juga berdasarkan data. Kami juga tidak pernah memaksa siapa pun untuk share. Silakan kalau teman-teman mau bersolidaritas, monggo, kita masifkan bersama-sama.”
Tidak Terlibatnya Ormawa FS dalam Aliansi
Sejak tersebarnya poster perdana dari Aliansi UM Apa Kabar? pada 28 Juni, mahasiswa UM dibuat bertanya-tanya oleh tidak adanya logo ormawa Fakultas Sastra (FS), baik BEM FS maupun Dewan Mahasiswa Fakultas Sastra (DMFS), dalam poster tersebut. Untuk mengonfirmasi, pada 1 Juli awak Siar telah menghubungi Aldian Dewanda, Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (DMFEB) yang juga merupakan bagian dari aliansi. Aldian mengatakan bahwa meski logonya tidak tercantum, ormawa FS tetap tergabung dengan aliansi. “Kami sudah hubungi mereka (ormawa FS), tapi sampai malam belum ada konfirmasi logo. Karena kami dikejar waktu, akhirnya sangat terpaksa tidak ada logo mereka. Tapi mereka tetap bergabung dengan aliansi dan akan ikut mengkaji hasil angketnya.” terangnya. Di sisi lain, ketika dihubungi pada 3 Juli, pihak ormawa FS enggan untuk dimintai keterangan.
Berseberangan dengan Aldian, dalam konsolidasi yang digelar, Donny menegaskan bahwa ormawa FS tidak tergabung dalam aliansi. “Terkait itu saya tidak bisa berbicara banyak, tapi saya garisbawahi, di awal sudah ada iktikad baik dari kami agar semuanya (ormawa fakultas) berkumpul. Mungkin, teman-teman (ormawa) FS punya perspektif lain, sehingga tidak bergabung.” ungkapnya. Hal ini makin diperjelas dengan tidak adanya tanda tangan ormawa FS pada rekomendasi kebijakan yang dirilis.
Aksi Media
Dalam acara konsolidasi, diinformasikan pula aksi media yang rencananya akan digelar pada Sabtu (24/7) mendatang, dari pukul 07.00—10.00 WIB. “Saya harap, teman-teman bisa mengawal, meramaikan media sosial dan hashtag yang ada, supaya bisa mengetuk hati para birokrat kampus. Akan tetapi kita tidak berhenti di tanggal itu. Kita akan mengawal sampai rekomendasi kebijakan ini tersampaikan dan ditindaklanjuti oleh rektorat.” ujar Donny.
Sesuai namanya, aksi media hanya akan digelar melalui media sosial seperti instagram dan twitter. Namun, Aliansi UM Apa Kabar? tidak menutup kemungkinan diadakannya aksi secara langsung di lapangan, jika tuntutan mereka tak kunjung membuahkan hasil. “Tidak menutup kemungkinan kita nanti turun ke depan rektorat. Toh demonstrasi, kan, nggak salah. Akan tetapi kalau kita melanggar PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) saat ini, tentu malah jadi bumerang, dan tuntutan yang kita bawa juga tidak akan sampai ke rektorat. Dalam aksi, yang penting bukan aksi itu online atau offline, tapi bagaimana agar tuntutan didengar, ditanggapi, dan dilaksanakan.” tegas Donny. (avf//yus)