Universitas Negeri Malang, Siarpersma – Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) berhasil membuat terobosan dalam Pemilu Raya (Pemira) Universitas Negeri Malang (UM) tahun ini yang dilangsungkan pada Kamis (28/11). Terobosan tersebut berupa penyediaan aplikasi khusus untuk pemilih difabel tunanetra dengan menggunakan Non Visual Desktop Access (NVDA). Hal ini menjadi salah satu inovasi yang cukup dipertimbangkan. Pasalnya pada tahun 2018, muncul keluhan terkait aksesibilitas pemilihan suara menggunakan e-vote yang dinilai tidak ramah bagi penyandang tunanetra.
Nurhalis Zainal Abidin, Ketua Komisi Pemilihan Fakultas (KPF) FIP mengemukakan, terobosan ini sudah disiapkan jauh hari sebelum pelaksanaan Pemira, bekerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Gempita (Gerakan Mahasiswa Peduli Inklusi dan Disabilitas), fakultas, rektorat, dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK). Untuk teknisnya sendiri, terdapat satu ruangan khusus yang disediakan bagi pemilih difabel, dengan satu bilik dan satu operator. Pada bilik yang disediakan, terdapat satu komputer yang telah memiliki program screen reader NVDA, headset, mouse, dan keyboard.
Pemilih dengan tunanetra dapat menggunakan tombol panah di keyboard untuk mengarahkan kursor pada komputer. Program NVDA nantinya akan menyuarakan tulisan yang terbaca pada kursor dengan kecepatan tertentu yang dapat diatur sesuai keinginan. “Nah, (aplikasi) itu sangat membuktikan bahwa mereka (penyandang difabel tunanetra) sudah difasilitasi,” ujar lelaki dari jurusan Teknologi Pendidikan tersebut.
Lebih lanjut, Nurhalis menyatakan terobosan ini sebagai suatu keunikan tersendiri. Penggunaan aplikasi NVDA membantu memberi keleluasaan bagi penyandang tunanetra agar dapat menggunakan hak suara mereka secara pribadi tanpa intervensi berupa pendampingan seperti tahun sebelumnya. Sebanyak 7 pemilih tunanetra yang terdaftar telah menyumbangkan suara mereka tanpa keluhan. Hal ini juga didukung penuh oleh Banih Aji Sakti, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) UM. “Itu perbedaannya tahun ini dan tahun lalu dan tentunya membantu sekali,” tutur Banih.
Selain terkait inovasi tersebut, Nurhalis mengemukakan bahwa secara keseluruhan, Pemira FIP cukup kondusif. Antusiasme yang ditunjukkan oleh mahasiswa, baik itu dari Kampus UM Pusat, PP2, maupun PP3, juga mengalami peningkatan 5-10% dari tahun sebelumnya. “Permasalahan yang ada sebatas kesalahan memasukkan NIM atau masalah jaringan, dan itu semua cepat untuk diatasi,” pungkasnya. (bil//rzk)