UM dalam Pembangunan: Kebutuhan atau Kemewahan?

Fasilitas di sebuah institusi pendidikan merupakan salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan. Pasalnya, keberadaan sarana dan prasarana

Dokumentasi/LPM Siar

Fasilitas di sebuah institusi pendidikan merupakan salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan. Pasalnya, keberadaan sarana dan prasarana akan menunjang kegiatan mahasiswa, baik akademik maupun non-akademik, serta mendukung terwujudnya proses belajar-mengajar yang kondusif. Hampir seluruh perguruan tinggi mengedepankan fasilitas yang baik untuk menjaga eksistensinya. Begitupula dengan Universitas Negeri Malang (UM) yang gencar memperbaiki serta melakukan pembangunan untuk menyediakan dan merawat fasilitas guna menunjang proses belajar-mengajar sekaligus tetap eksis bagi mahasiswa, dosen, dan warga kampus.

Alasan Renovasi

Pembangunan bermula dari area Gerbang Semarang yang menjadi akses utama keluar-masuk warga UM. Berkat Graha Rektorat yang sudah dibai’at menjadi ikon dari UM, Gerbang Semarang pun dibongkar dan didesain ulang. Hal tersebut karena ketinggian Gerbang Semarang tidak memadai untuk akses kendaraan berukuran besar, seperti bus ataupun mobil pemadam kebakaran.

Faul Hidayatinnafiq selaku Kepala Subbagian Rumah Tangga (Kasubag Rutang) juga mengatakan bahwa desain Gerbang Semarang sudah kuno, tidak selaras dengan Graha Rektorat. “Kalau dilihat dari jalan, terlihat nggak pantas. Gedung rektorat desain millenial, tapi atapnya (Gerbang Semarang) masih berupa joglo. Jadi diselaraskan, dibongkar,” jelas Faul. Rencananya, Gerbang Semarang hanya akan berupa gapura kanan-kiri agar memberikan kesan yang lebih luas. Perbaikan Gerbang Semarang menyebabkan akses keluar-masuk Jalan Semarang dialihkan menuju gerbang dekat Gedung Bahasa UM.

Sepaket dengan pembangunan Gerbang Utama Semarang, Taman Bundar yang terletak di depan Graha Rektorat juga sengaja dibongkar. Taman yang semula dianggap instagramable tersebut sengaja dibongkar karena terdapat logo tulisan UM yang apabila dilihat dari arah barat akan terbaca MU. Untuk itu, logo tersebut dibongkar dan diperbaiki agar logo tulisan UM dapat terbaca dari sudut manapun.  Selain itu, Taman Bundaran dirasa masih kurang menyeimbangi kemegahan Graha Rektorat sebagai ikon kebanggaan UM.

Dilansir dari um.ac.id, Nur Yasin, Ketua Unit Layanan Pengadaan (ULP) mengatakan bahwa renovasi ini akan mencerminkan kemegahan UM. “Desain pintu gerbang utama, menara, dan landscape taman bundaran UM dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diterima di masa kini dan masa depan. Dari desain itu dapat mencerminkan bahwa inilah kemegahan Universitas Negeri Malang,” tuturnya.

Mengutip data yang dipublikasikan lpse.um.ac.id mengenai
Pekerjaan Belanja Modal Gedung dan Bangunan berupa Renovasi Pintu Masuk Utama dan Plaza UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang Tahun Anggaran 2019, nilai pagu paket yang dianggarkan sejumlah
Rp 700.000.000,00. dengan PT. Mandiri Langgeng Gemilang sebagai pemenang tender.

Masih Ragu

Foto desain cikal bakal Gerbang Utama Semarang UM itu pun telah tersebar luas di sosial media. Hal itu lantas menjadi perbicangan hangat di kalangan civitas akademika. Terlepas dari komentar kekaguman atas desain yang nampak futuristik, beberapa mahasiswa masih skeptis dan merasa sangsi.

Salah satunya dari Wimaldy, mahasiswa Fakultas Sastra Angkatan 2016, “Ndak mungkin semirip itu. Lagi pula, anggaran cuma buat gerbang, agak lucu,” ujar Wim. Hal senada diungkapkan Helmy Hidayat, mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2016, “Awalnya bikin Taman Bundaran, terus sekarang direnovasi. Kenapa nggak dari awal aja desainnya jadi satu kesatuan, jadi gak buang-buang dana juga kan?”

Kesenjangan Fasilitas

Beberapa mahasiswa juga merasa bahwa alangkah lebih baik apabila UM memprioritaskan pembangunan fasilitas yang memang benar-benar menunjang kegiatan perkuliahan. Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan angkatan 2018, Widhi Hidayat  mengeluhkan fasilitas di Stadion Cakrawala. “Kalo menurutku keren untuk membangun sarana. Tapi, kalo prasarananya udah memenuhi SOP. Di Stadion Cakrawala kamar mandi cuma 2 padahal ketika praktik tidak hanya satu offering saja, tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa,” ungkapnya.

Perumpamaan nyaris serupa juga diungkapkan oleh Jihan Safitri, “Aku suka desainnya, bagus dan mewah gitu. Tapi kalau memang beneran bakal seperti itu, analoginya jadi seperti buku yang covernya bagus tapi isinya acak-acakan,” tutur mahasiswi Psikologi angkatan 2017 tersebut. Jihan juga menyatakan bahwa akan ada kesenjangan antara beberapa lokasi, seperti Gerbang Ambarawa dan fakultasnya sendiri, dengan gerbang baru yang tengah dibangun, mengingat fasilitas di lokasi-lokasi tersebut dirasa belum memadai.

Tidak Berciri Khas

Tentang pembangunan ini, Blasius Suprapta, dosen Sejarah UM yang juga menjadi pengelola Museum UM, menyatakan bahwa UM sendiri pada dasarnya tidak memiliki tema atau konsep khusus tentang bangunan yang menjadi ciri khas. “Kalau sekarang ya begini, konsepnya gedung-gedung tinggi, karena berganti sesuai pimpinan,” ungkapnya.

Padahal, menurut Blasius, apabila yang dicari adalah eksistensi, UM pada dasarnya belum dapat dikatakan sebagai kampus ideal. Masih banyak pembangunan lain yang perlu disama ratakan, seperti pengadaan kantin di tiap fakultas, perawatan cagar budaya yang optimal, dan pembangunan akses disabilitas di banyak lokasi.

Penulis: Mita Berliana, Rizka Ayu Kartini

Penyunting: Nabilah Maghfirah Maulani

4 Responses

  1. Oke saya berkomentar karena saya juga mahasiswa UM ????. Saya ingin berkomentar pada 2 sisi yaitu sisi positif dan negatif. Akan lebih baik saya berkomentar dari sisi negatif terlebih dahulu :

    1. Sisi Negatif
    A. sebenarnya pembangunan ini terlalu dadakan juga, dan masih belum tau apakah anggarannya akan mencukupi pembangunan tersebut sebab saat ini kampus UM lagi banyak menggencarkan pembangunan disamping graha rektorat yaitu Gedung GKB dan PPG yang masih dalam tahap perbaikan menuju proses Finishing

    B. UM dikenal sebagai kampus the Learning University, UM juga dikenal sebagai kampus dengan nilai historis yang tinggi. Apabila pembangunan gerbang gerbang lebih mengedepankan sisi metropolis, maka kebudayaan Gedung gedung dengan nilai nilai seni juga semakin lama semakin tergerus ( hilang). Sedangkan, masih banyak cagar cagar budaya di kampus UM yang memiliki nilai seni dan estetika tinggi ada yang belum terawat dengan baik. Hal ini yang menjadikan pro dan kontra pembangunan di gerbang Semarang

    C. Masih banyak bangunan bangunan di kampus II dan kampus III UM dengan kondisi yang lama dan diperlukan pembaharuan berupa renovasi. Hal ini supaya tidak ada lagi kecemburuan internal yang menjadi konflik besar besaran setiap pergantian pemimpin baru di UM

    D. Masih banyak lagi fasilitas di UM yang perlu ditambah dan lebih baik daripada pembangunan gerbang metropolis. Seperti didirikannya Library digital, Building and Facility for care disability (bangunan yang difungsikan bagi penyandang disabilitas dan fasilitas disabilitas disetiap kampis). Hanya 2 contoh tersebut apalagi yang menjadi sorotan saya adalah fasilitas layak untuk penyandang disabilitas disetiap tempat di UM yang perlu diperbaharui. Hal ini supaya tidak menimbulkan spekulasi kesenjangan antara mahasiswa disabilitas dengan mahasiswa lainnya. We care cause we have imperfections in our body.

    Segi positif

    A. Mampu menjadi kampus dengan tatanan yang lebih rapi dan diimbangi dengan kemampuan cara pengelolaan pembangunan yang lebih kompleks dari para pejabat kampus

    B. Menjadikan IKon baru untuk setiap Venue atau acara, kegiatan bergengsi dengan skala besar regional, nasional maupun internasional

    C. Menambah sisi modernisasi kampus

    D. Membuat macet berkurang apabila melewati gerbang Semarang karena lebih lebar dan luas akibat pembaharuan pembangunan

    Ini hanya komentar saya dari 2 sisi, bisa setuju atau tidak kembali ke individu masing masing karena Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila dengan prinsip gotong royong dan seharusnya perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di negara ini. Terimakasih.

    I proud as student in campus UM ( The Learning University)
    Said Maulana Ibrahim
    30 – 11 – 2019

  2. Sebenarnya gk masalah UM gencar melakukan pembangunan, tpi yg lebih saya suka mungkin juga banyak yg setuju itu UM harusnya lebih melakukan perawatan terhadap fasilitas yg telah ada, misalnya UKM, tau sendiri bagaimana wajah kampung UKM?. Tembok cat yg sudah campur dgn lumut, kamar mandi d UKM saluran air-nya kadang bermasalah. Jangan sampai bangunan atau fasilitas yg sekarang sudah ada jadi terbengkalai gara” pembangunan gedung atau fasilitas yang baru.

  3. Kenapa logo tulisan UM (Universitas Negeri Malang) dibongkar? Karena jika dibaca dari barat akan terbaca MU (MangUjang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA