Kim Ji Young, Born 1982 adalah film yang diadaptasi dari novel karya Cho Nam–Joo. Film yang rilis pada 20 November 2019 ini cukup memikat hati, dan salah satu rekomendasi film yang cocok ditonton saat pandemi. Kehadiran Gong Yoo (Jung Dae Hyun) sebagai sosok suami di film tersebut yang kemampuan aktingnya sudah tidak diragukan, menambah poin plus film tersebut.
Di awal film kita akan disuguhkan visualisasi bagaimana lelah dan rumitnya menjadi sosok ibu rumah tangga. Mengurus anak, membersihkan rumah, mencuci, memasak, dan pekerjaan lainnya yang biasa dilakukan ibu rumah tangga. Hal tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari Kim Ji Young, perempuan yang menjadi sosok tersebut.
Gambaran dari film tersebut seketika menjadi pengingat akan sosok ibu, nenek, tante, bude, atau pun sosok perempuan lain yang tiap harinya biasa melakukan rutinitas tersebut. Setiap pagi sudah menyiapkan masakan untuk keluarga, membersihkan rumah, dan mencuci. Disiang hari menjemput anak pulang dari sekolah, lalu disore hari menyambut suami yang baru saja pulang dari bekerja. Serta dimalam hari menyiapkan makanan dan membantu anak mengerjakan tugas sekolah. Bisa dibayangkan bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak bisa dianggap sepele.
Jika dilihat dari trailernya, maka kita akan memiliki dugaan awal bahwa film ini hanya menceritakan bagaimana kehidupan seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga. Namun, dugaan tersebut salah. Film berdurasi 120 menit ini dengan kompleks menceritakan berbagai permasalahan yang sering terjadi dikehidupan sekitar kita. Salah satunya adalah mengenai diskriminasi yang dirasakan perempuan di lingkungan kerja.
Kim Ji Young tidak masuk ke dalam sebuah tim perencanaan di kantornya. Alasan yang diberikan bosnya adalah pekerja perempuan tidak bisa ikut tim jangka panjang dikarenakan adanya cuti hamil, sehingga tidak bisa bertahan lama. Ada juga adegan dimana teman kerja Jung Dae Hyun yang mendapat tekanan dari rekan kerjanya, dia dianggap tidak profesional karena bekerja sambil membawa anak.
Selain itu, film tersebut juga menyadarkan kita tentang pentingnya kesehatan mental. Kim Ji Youngkerap mendapatkan tekanan dari mertua yang menuntutnya menjadi istri yang sempurna. Ia juga sering kali merasa kelelahan dengan rutinitas yang dikerjakan. Namun, Kim Ji Young selalu merasa baik-baik saja. Ia terbiasa memendam apa yang dirasakan dan menepis perasaan yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Hal tersebut pada akhirnya berakibat buruk pada kesehatan mentalnya. Beruntungnya, dukungan dari suami dan juga keluarga mampu membantu Kim Ji Young untuk kembali pulih. Hal tersebut menyadarkan kita bahwa dukungan sosial dari orang sekitar sangat diperlukan.Tidak hanya itu, bantuan dari orang yang profesional juga penting. Ini terlihat saat Kim Ji Young pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke Psikiater.
Stigma negatif tentang gangguan kesehatan mental masih kerap kali kita rasakan hingga saat ini. Entah dianggap gila, kurangnya rasa bersyukur, tingkat keimanan yang rendah, serta stigma-stigma lainnya. Karena adanya stigma tersebut, orang yang sebenarnya mengalami gangguan kesehatan mental justru menjadi malu dan takut untuk meminta bantuan profesional dari psikolog ataupun psikiater, padahal melawan stigma-stigma tersebut adalah kewajiban untuk kita semua.
Masih banyak lagi permasalahan kehidupan yang dibahas dalam film ini. Jika kalian menonton dari awal hingga akhir, secara tidak langsung kalian akan refleks meng’iya’kan bahwa kita semua juga berada di dalam lingkaran permasalahan yang sama dengan cerita film tersebut.