7 September 2024 10:05 PM
Search

Qodrat, Film Pertarungan Ustad Melawan Keturunan Iblis

Di artikel sebelumnya, yaitu “Jagat Arwah, Film Ghostbuster Ala Jawa”. Penulis merekomendasikan salah satu film yang memiliki tema

Dokumentasi/LPM Siar

Di artikel sebelumnya, yaitu “Jagat Arwah, Film Ghostbuster Ala Jawa”. Penulis merekomendasikan salah satu film yang memiliki tema serupa dengan Jagat Arwah yaitu Qodrat. Meskipun memiliki tema yang sama yaitu exorcist, akan tetapi pendekatan yang dilakukan berbeda. Jika Jagat Arwah menggunakan horor fantasi, maka Qodrat menggunakan pendekatan horor supranatural. Film Qodrat sendiri disutradarai oleh Charles Ghozali. Jajaran pemerannya pun sangat populer seperti Vino G. Bastian, Marsha Timothy, Randy Pangalila, Cecep Arif Rachman dan aktor-aktris lainnya. Film ini sendiri hasil produksi bersama Magma Entertaiment dan Rapi films. Qodrat bercerita tentang kegundahan hati Ustad Qodrat, praktiksi ruqyah yang gagal menyelamatkan anaknya sendiri yang dirasuki setan Assuala. Setelah 3 tahun kematian anaknya, Qodrat kembali ke pesantrennya untuk menenangkan diri. Namun ternyata, desa tempat pesantrennya berdiri ditimpa berbagai musibah. Gagal panen, wabah penyakit, bahkan gangguan ghaib. Di sinilah Qodrat harus memilih antara balas dendam atau berpegang pada imannya demi menyelamatkan desa ini.

Baca Juga : Jagat Arwah, Film Ghostbuster Ala Jawa

Di awal film, tanpa basa-basi penonton langsung disuguhkan bagian seru dari film ini, seakan menunjukkan kepada penonton bahwa itu bukanlah film biasa. Dalam waktu singkat, karakter Qodrat yang diperankan oleh Vino G.Bastian diperkenalkan dengan padat dan jelas. Perkembangan karakter Qodrat juga sangat mulus sepanjang film. Bukan hanya Qodrat, penggambaran karater Yasmin (Marsha Timothy), Alif (Keanu Azka), Asha (Maudy Effrosina), digambarkan secara bagus sebagai sebuah keluarga yang ditinggalkan oleh ayahnya. Chemistry di antara mereka terjalin dengan natural. Begitu pula tokoh Jafar (Randy Pangalila) diperkenalkan dengan sangat jelas sehingga penonton merasa simpati kepada mereka sepanjang film. Dalam hal ini, penulis skenario Qodrat patut diapresiasi. 

Unsur lain seperti pemilihan latar juga sangat bagus, set Desa Kober yang mengambil lokasi di Kabupaten Gunungkidul, memberikan kesan kengerian sendiri di mana menggambarkan desa yang gersang dan terpencil. Dari beberapa sumber, sutradara dan kru film juga rela menyewa ladang jagung lalu mencabuti jagung yang sudah tertanam dan menggantinya dengan jagung kering, sebuah totalitas luar biasa.

Belum lagi sinematografinya dilakukan dengan sangat indah membuat penonton bisa menikmati pemandangan desa, kengerian kejadian ghaib, bahkan emosi pemain berhasil diambil dengan indah. Sinematografer film ini berani mengambil sudut pandang kamera yang jarang dipakai film-film Indonesia. Salah satu contohnya adalah shot sudut pandang orang pertama dipakai di film ini, membuat penonton merasakan sensasi yang lebih mencekam saat menonton film ini. 

Selain sinematografi, koreografi di film ini patut diapresiasi walaupun tidak setara The Raid, pertarungan hand to hand film ini sangat seru untuk ditonton. Penggambaran gaya bertarung orang kerasukan pun ditunjukkan secara dramatis di film ini. 

Baca Juga : Jujutsu Kaisen 0: Obsesi yang Menjadi Kutukan

Akting para pemainnya tidak perlu dipertanyakan lagi, Vino dan Marsha adalah aktor dan aktris film yang sudah lama malang melintang di dunia perfilman Indonesia, jadi tidak perlu diragukan lagi kemampuan mereka. Begitu pula aktor dan aktris lainnya yang berakting dengan bagus di film ini. Salah satu perhatian saya ada pada Cecep Arif Rachman yang tampil sangat berbeda dari film-filmnya sebelumnya, setidaknya menunjukkan kalau dia bukan hanya bisa bertarung.

Poin positif lainnya di Qodrat adalah penempatan ayat-ayat Al-Quran dan nilai ajaran Islam yang ditempatkan di film ini sangat megah dan mewah. Sepanjang penulis menonton film religi lain, sutradara serasa memaksa nilai-nilai tersebut masuk sehingga menimbulkan kesan menggurui daripada menyuguhkan film. Sedangkan Qodrat di sini mencoba teknik penyajian yang berbeda. Charles Ghozali menempatkan ayat-ayat Al-Quran dan pesan agama secara natural ke dalam dialog antar karakter dengan kondisi yang berbeda, sehingga tidak terlihat adanya paksaan. Bahkan, pesan-pesan agama dan ayat Al-Quran tidak hanya disampaikan oleh Qodrat saja, Assuala yang seorang setan juga menyampaikan beberapa pesan agama untuk penonton tapi itu dilakukan dengan alami tanpa terdengar aneh. Di beberapa kesempatan saat Qodrat membacakan ruqyah, saya juga ikut mengucapkannya seakaan-akan mengikuti apa yang dilakukan Qodrat.

Walaupun begitu, film ini juga tak luput dari kekurangan. Contohnya seperti audio, di sini saya mendengar beberapa kata-kata yang diucapkan tidak jelas sehingga membuat miskomunikasi mempertanyakan mereka bicara apa. Selain itu, penggunaan CGI masih dirasa kasar di beberapa bagian, seperti pada penggambaran anjing hitam, masih terlihat kasar dan tidak natural. Terlepas dari itu, film ini masih bagus untuk ditonton.

Tentu saja film ini direkomendasikan untuk ditonton ramai-ramai di Bioskop. Pembaca bisa mengajak teman-temannya untuk merasakan kengerian bersama. Film Qodrat sendiri masih diputar di Bioskop sekarang. Bagi pembaca yang ingin menonton film ini setelah membaca ulasan ini, maka silakan menikmati ketakutan, kengerian dan siraman rohani dalam waktu yang sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA