27 Juli 2024 9:48 AM
Search

Surat Cinta dari Bui

Masih bergentayangan dalam ingatan peristiwa 19-20 April. Pukul 20.20 WIB mungkin menjadi malam yang berkecamuk bagi Fitron beserta

Dokumentasi/LPM Siar

Masih bergentayangan dalam ingatan peristiwa 19-20 April. Pukul 20.20 WIB mungkin menjadi malam yang berkecamuk bagi Fitron beserta keluarganya oleh lima orang polisi yang mengetuk pintu kediamannya. Sambil menunjukkan surat penangkapan yang tidak tertera namanya, Fitron yang pasrah setelah melontarkan penolakan itu akhirnya masuk juga ke dalam mobil Mitsubishi Galant yang desainnya terlihat garang lagi mewah. Kemudian di 20 April yang sayup-sayup telah tuntas adzan dikumandangkan bahkan orang-orang masih mengangkat tangan sambil bibirnya berkomat-kamit setelah telinganya mendengar panggilan suci, Fian di kediamannya, Pakis pun didatangi orang berseragam agar menyuruhnya masuk ke dalam mobil polisi. Selang satu jam setelah kejadian di Pakis, giliran Saka atau yang kerap dipanggil Mamul di Singosari untuk diboyong dari zona nyamannya.

Kesemuanya kejadian itu bagai angin pekat bagi orang yang mendengar. Sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka. Dengan prosedur penangkapan polres Malang yang ngawur, dituduh vandal hingga tindakan anarki. Ketiganya ditahan, diikat, diberi baju tahanan, dipemalukan, diperlakukan bak penjahat luar biasa. Padahal yang mereka lakukan adalah menyerahkan masa mudanya untuk masyarakat,  mengawal isu-isu kemanusiaaan, menyuarakan HAM, dan ketertindasan kaum kecil pada Aksi Kamisan Malang.

#bebaskankawankami pun turut digemparkan, press rilis digaungkan, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) serta Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya pos Malang bantu, istri dari mendiang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) almarhum Munir Said Thalib, Suciwati turun tangan, 109 kelompok dan 9 perseorangan pun bersolidaritas mengenai kasus ini, bersatu miliki harapan sama agar membebaskan ketiga pemuda itu.

Sementara para orang tua memikir anaknya dan kawan-kawan di luar sana memikirkan nasib dan kebebasan tiga orang ini, rupanya berbeda dengan Mamul. Dibalik kegarangannya menyuarakan orang-orang kecil, ia tak ubahnya manusia muda pada umumnya yang dibuai-buai asmara. Bukannya memikirkan kebebasannya seperti yang dikhawatirkan orang tua dan kawan-kawannya, di dalam bui ia justru memikirkan kekasihnya. Ahh~ anak muda.

Halo Tancu, udah 10 harian lebih ya aku nggak ngasih kabar ke kamu, maaf baru bisa ngabarin sekarang. Soalnya aku dkk pun ngga dibolehin komunikasi atau dikunjungi sama siapapun termasuk oleh keluarga dan pendamping hukum. Tapi sekarang udah boleh kok ke semesta bersama kami. Udah kayak Tapol (tahanan polisi) aja ya kita hehe.

Gimana kabar kamu di rumah? Bapak sama mamamu sehat? Aku di sini dalam kondisi baik, kamu jangan khawatir ya Tancu. Sekali lagi maaf aku baru bisa ngabarin kamu pun itu cuman lewat sepucuk surat ini. Aku bisa komunikasi sama keluarga aja udah seneng dan itu bisa akhir-akhir ini juga. Intinya kamu jangan khawatir yaa.. Aku baik di sini doakan saja semoga semesta bisa segera mempertemukan kita kembali. Kamu baik-baik di luar sana yaa… hehe.

Oh, iya LBH selaku kuasa hukumku udah ngajuin surat penangguhan penahanan kok. Semoga segera di ACC ya. Dan semoga aku bisa segera bebesa. Doakan yaa..

Perjuanganku akan terus berlanjut, kamu jangan khawatir, semua ini hanya awal dan semua kejadian ini akan terus memupuk api di dalam dada kita. Aku akan terus mengirim kamu surat dari sini. Aku harap kamu berkenan membalas. Aku sayang kamu 😀

Tancu, aku titip salam buat kawan-kawan yaa… Kabarin juha ke mereka kali di sini aku dan yang lain baik-baik saja. Semoga semangat kawan-kawan di luar sana tidak akan pernah padam, sampaikan salam sayang kami kepada mereka. Aku dan kawan-kawan yang di sini pun tidak akan mematikan api juang kita. Kita akan terus merayap, menjadi bayang-bayang bagi penguasa yang gagah.

Kita adalah amuk Puisi Widji di meadan aksi

Kita adalah tangan Marsinah di pabrik-pabrik keji

Kita adalah cangkul petani di sawah-sawah sunyi

Kita adalah tombak Tabuni di hutan-hutan Papua

Meski kita dikejar dengan sangat keras

Karena kita menawarkan apa yang mereka takuti

Perjuangan harus tetap berlanjut

Kita yang memulai, kita yang berperang

Tegaklah seperti di awal

Peluk erat untuk semesta kawan-kawan di sana.

Tan minta tolong yaa, hubungi keluarga Fitron, dia belum ada kunjungan sama sekali.

Dari balik bui Mamul menuliskan surat untuk kekasihnya yang khawatir dan memintanya untuk mengabari kawan-kawan di luar sana bahwa Mamul dan dua temannya baik-baik saja. Semoga surat penangguhan penahanan segara di ACC dan ketiganya dapat menghirup udara kebebasan dengan api juang yang terus berkobar serta membiarkan semesta mempertemukan Mamul dan kekasihnya kembali.

Penyunting: Dina Zahrotul Aisyi

Ilustrator: Agilia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CAPTCHA